SOLOPOS.COM - Sruti Respati (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sruti Respati (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ajang pergelaran seni Solo International Performing Arts (SIPA) 2011 baru saja usai digelar. Salah satu penyaji yang tampil di ajang itu adalah biduanita asli Solo, Sruti Respati. Bicara soal pengalaman di panggung, perempuan kelahiran 26 September 1980 ini bisa dibilang sudah tak asing, khususnya dalam melantunkan lagu-lagu bernuansa etnis Jawa dalam aneka langgam kontemporer termasuk jazz.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Menyapa Sruti dan mengajaknya berbicara tentang kiprahnya di dunia seni adalah hal yang mengasyikkan bagi dirinya. Menurutnya tanpa mengenang apa yang telah dicapai tanpa mengevaluasinya, dia merasa bukan apa-apa. Boleh dikatakan apa yang diraihnya saat ini karena lingkungan keluarga yang mendukung. Ayah Sruti tak lain adalah seorang dalang, Sri Joko Rahardjo dan ibunya seorang penari, Sri Maryati. Dia merasa darah seni dan kebudayaan Jawa begitu kental dan sangat mempengaruhinya. “Mereka membawakan seni budaya Jawa dengan indah dan saya sangat menyukainya,” tuturnya.

Saat Sruti kecil, ibaratnya tiada hari tanpa belajar seni dari orangtuanya. Bisa dikatakan, mulai membuka mata di pagi hari hingga menjelang tidur, lagu-lagu Jawa begitu akrab di telinga. Meski demikian bukan berarti Sruti tak menyukai selain lagu Jawa. Sruti mengatakan saat berajak remaja dan dewasa dirinya melahap semua aliran musik mulai dari rock, pop, jazz, hip hop dan lainnya. Dia juga menyukai ragam musik itu. Inilah bukti bahwa dia pencinta musik sejati yang menyukai semua aliran musik. “Saya tidak antialiran musik apapun. Meski sejak remaja saya terbiasa nyinden menemani Bapak mendalang,” ungkap dia.

Kenangan masa kecil inilah yang terpateri di dalam hatinya. Meski Sruti kecil sempat diasuh ibu tiri yang berkebangsaan Amerika dan hidup dengan tata cara budaya Barat, hal itu tak membuatnya lupa unggah-ungguh Jawa. Dia justru mendapatkan pelajaran lain dari sikap demokratis. Dia dibebaskan memilih apa yang disukainya, termasuk mempelajari tarian balet. “Saya sempat tinggal di Jakarta, di sana saya mengikuti les balet. Saat saya kembali ke Solo, masih ada kerinduan mempelajarinya,” kenangnya.

Pelajaran tentang seni yang dikenalkan orangtuanya demikian beragam. Tak heran jika darah seni Sruti mengalir ditubuhnya. Meski hanya sepenggal pengetahuan dasar tentang seni balet, kala itu Sruti termasuk siswa berprestasi di sanggar. “Demikian juga dengan kemampuan menyanyi. Saya merasa di sinilah saya seharusnya berada,” ungkapnya yakin.

Filosofi mempelajari bidang seni tak lain akan membuatnya semakin peka terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Mempelajari seni adalah belajar tentang keindahan, bagaimana cara menikmati serta menciptakannya. Dari mana semua itu berasal? Sruti mengatakan keindahan yang berasal dari kearifan lokal tak kan lekang oleh waktu. “Bukan hanya sebuah nyanyian atau tarian, semuanya ada makna yang adiluhung,” ulas dia.

Dina Ananti Sawitri Setyani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya