Sri Wahyuni (JIBI/SOLOPOS/Dina Ananti SS)
Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren
Siswi SMKN 6 Solo, ini awalnya tak menyangka dapat memperoleh poin lebih tinggi dibandingkan kontestan lainnya. Kemahirannya bercuap-cuap menjelaskan beberapa daerah yang kerap dikunjungi di kawasan Soloraya membuatnya tampil percaya diri. Saat lomba berlangsung, perempuan yang lahir di Wonogiri, 16 April 1994 ini harus menyelesaikan tes tertulis dan presentasi.
Yuni mengatakan sejumlah soal memang cukup rumit. Namun dirinya yakin bisa mendapatkan hasil terbaik. “Yakin bisa, tapi tak menyangka mampu merebut juara kedua,” jelas dia.
Beberapa materi yang dilombakan diakuinya tak jauh berbeda dari apa yang dipelajari di sekolah. Seperti keterampilan dalam melayani permintaan tiket, layanan paket wisata hingga bagaimana menjadi pemandu wisata yang profesional. Yuni yang mengaku bercita-cita sebagai pemandu wisata ini mengaku tak kesulitan saat menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan. Siswi yang bergabung di sebuah agen biro wisata ini meyakinkan juri cara memandu para wisatawan agar mengenal budaya Indonesia.
“Yang dibutuhkan wisatawan adalah suasana riil di lapangan. Memaparkan budaya dan sejarah akan sangat berkesan bagi mereka,” jelas dia.
Pengalaman tak terlupakan saat menjadi pemandu wisata yaitu saat ia pernah mendapat uang Rp 300.000 dalam sehari. Namun ada kalanya pula ia harus berpuas diri saat wisatawan menghargai jasanya dengan Rp 1.000. “Pengalaman saat memandu wisatawan memang paling menyenangkan meski hasilnya kadang tak sebanding dengan jerih payah,” jelas dia.
Dina Ananti Sawitri Setyani
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
