SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Generasi milenial atau generasi dengan usia 15-35 tahun rentan terhadap pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Sementara itu, angka kecelakaan di Sragen duduk di peringkat kedua tertinggi di Jawa Tengah.

Sepanjang 2016-2019, jumlah korban kecelakaan di Sragen mencapai 367 korban jiwa sementara 82 korban di antara dari kalangan milenial. Kasus kecelakaan lalu lintas (lakalantas) tertinggi terjadi pada 2018 yang mencapai 1.040 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 140-an orang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan Kapolres Sragen AKBP Yimmy Kurniawan saat ditemui wartawan di sela-sela pelaksanaan Millennial Road Safety Festival 2019 di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Minggu (17/3/2019). Kapolres didampingi Kabag Ops Polres Sragen AKP Yohanes Trisnanto dan sejumlah perwira menyebut angka lakalantas sepanjang 2018 meningkat dibandingkan 2017.

Angka lakalantas Sragen 2018, ungkap dia, menduduki peringkat kedua tertinggi di Jawa Tengah. “Pada 2017 ada 800-an kejadian meningkat menjadi 1.040-an kasus pada 2018 atau naik 240-an kasus. Jumlah korban meninggal dunia juga naik dari 90 jiwa menjadi 140 jiwa atau naik 50 orang. Rata-rata lakalantas terjadi dengan melibatkan kendaraan roda dua. Jumlah motor yang terlibat di 2018 mencapai 1.444 unit. Dua bulan di 2019 ini saja ada 80-an kejadian lakalantas,” ujar dia.

Keprihatinan angka lakalantas itu menjadi latar belakang Polres Sragen menggelar Millennial Road Safety Festival dengan tujuan menggelorakan kembali kepada masyarakat agar tertib dan disiplin berlalu lintas. Dia mengatakan sasaran atas kegiatan itu adalah kelompok milenial karena jumlah korban yang meninggal paling banyak dari kelompok tersebut.

“Ini juga menjadi perhatian nasional dan jadi perhatian Presiden serta Kapolri. Evaluasi skala nasional menyebut kelompok milenal rentan terhadap pelanggaran dan lakalantas,” tutur dia.

Melalui Millennial Road Safety Festival 2019 dan upaya sosialisasi masif Polres Sragen, Yimmy berharap angka kecelakaan di 2019 turun sampai 20%. Upaya lain yang dilakukan Polres untuk menyadarkan dan mengingatkan masyarakat untuk taat berlalu lintas adalah mengintesifkan sosialisasi di sekolah-sekolah serta razia motor.

“Kami akan masuk sekolah-sekolah untuk memberi pemahaman agar siswa yang belum cukup umur tidak naik motor. Razia di parkiran motor sekolah juga dilakukan agar siswa tidak sembarang bawa motor. Ada pula pemasangan spanduk, baliho, serta mengingatkan orang tua agar tidak membolehkan anaknya yang belum punya SIM untuk naik motor,” jelas dia seraya menyebut lokasi rawan lakalantas masih dalam Kota Sragen dan Masaran.

Wulan, 17, pelajar asal Jamus, Kedawung, mengaku nekat naik motor ke sekolah di Sragen Kota meskipun belum punya SIM karena jarak antara rumah dan sekolah jauh. Alasan sama disampaikan Arsita, 17, pelajar asal Jenar. “Kalau tidak naik motor ya harus ada solusi dari pemerintah, misalnya menyediakan bus sekolah. Bus sekolah bisa menekan angka kecelakaan lalu lintas,” ujar Arsita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya