SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pelajar Sekolah Dasar (SD) (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Disdikbud Sragen memetakan sekolah dasar (SD) yang memiliki jumlah siswa akumulatif minim, yakni kurang dari 60 orang secara berturut-turut dalam kurun waktu tiga tahun.

Sekolah-sekolah tersebut akan menjadi sasaran kebijakan regrouping pada 2022. Kabid Pembinaan SD Disdikbud Sragen, Muh. Farid Wajdi, saat dihubungi Solopos.com, Senin (11/7/2022), mengungkapkan Disdikbud masih berkoordinasi dengan koordinator wilayah (korwil) di 20 kecamatan untuk memetakan sekolah-sekolah potensial di-regrouping atau digabung karena jumlah siswa sedikit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menerangkan setiap korwil di kecamatan masih berkoodinasi dengan warga dan tokoh masyarakat setempat terkait rencana kebijakan regrouping tersebut. “Potensi SD yang akan di-regrouping itu ada di setiap kecamatan. Setiap korwil sudah mengantongi SD-SD yang potensial tersebut. Ketika kebijakan regrouping itu final maka akan dilaporkan ke Disdikbud Sragen. Tahun lalu ada 14 SD yang digabung karena minim siswa,” ujar Farid, sapaan akrabnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menerangkan minim siswa di SD-SD tersebut disebabkan kalah bersaing dengan sekolah swasta, terutama di wilayah perkotaan. Dia mencontohkan manajemen sekolah swasta memberi fasilitas antar-jemput siswa sehingga banyak orang tua memilih menyekolahkan anak ke sekolah swasta daripada negeri.

Farid menyampaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen membuat program sekolah unggulan dimulai pada 2022 ini untuk menekan persoalan tersebut. Target pilot project itu satu sekolah unggulan per kecamatan. Sehingga, ada 20 SD unggulan. Namun, dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan anggaran untuk penyediaan sarana dan prasarana.

Baca Juga : SMPN di Sragen Kota Kurang Siswa, Berjarak 4 Menit dari Kantor Bupati

“Tahun ini ada lima sekolah yang dibiayai sarana dan prasarananya sebagai sekolah unggulan. Lima SD tersebut di Kecamatan Gondang, Kedawung, Sidoharjo, Masaran, dan Sukodono. Untuk penyediaan sarpras lima SD itu dialokasikan sampai Rp3 miliar. Sarpras yang dimaksud menambah jumlah lokal karena di setiap sekolah unggulan itu target dua rombongan belajar [rombel] per kelas,” jelas Farid.

Selain persoalan regrouping, dia mengatakan pembelajaran tatap muka 100 persen untuk SD, SMP, dan SMA dimulai Senin ini. Di SMAN 1 Gondang, Sragen, semua siswa baru masuk pada hari pertama. Termasuk, delapan siswa yang namanya sempat hilang saat penerimaan peserta didik baru (PPDB).

“Delapan siswa yang namanya sempat hilang saat PPDB akhirnya bisa diakomodasi dan mulai Senin ini. Jumlah rombel yang biasanya hanya 36 orang per kelas otomatis ada yang sampai 37 siswa per kelas,” ujar Kepala SMAN 1 Gondang, Sragen, Singgih Santosa.

Baca Juga : Solusi Disdikbud untuk 3 Siswa SMP Negeri di Sragen Tak Lulus Sekolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya