Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Wakil Ketua I PMI Sragen, Suwarno, mengungkapkan Juli 2012 Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, membuat surat edaran ke sekolah-sekolah. Intinya Bupati meminta semua sekolah di Sragen mengadakan kegiatan PMR sebagai sarana menyiapkan terbentuknya kader kemanusiaan. “Sejak itu, banyak sekolah meminta pembina PMR ke PMI Sragen,” ujarnya saat ditemui Solopos.com.
Kegiatan pelatihan bagi pembina PMR, ungkapnya, merupakan bagian dari salah satu tugas PMR, yaitu membina generasi muda. Pelatihan digelar Selasa-Kamis (20-22/11/2012) dan diikuti 94 peserta. Sebenarnya, kata Suwarno, pada tahun 2010 pernah diadakan pelatihan bagi 529 guru SD di Sragen. Mereka adalah perwakilan setiap SD di Sragen yang diharapkan bisa menjadi pembina PMR di sekolahnya masing-masing. Tapi kenyataannya belum banyak sekolah, khususnya SD, yang mengaktifkan kegiatan PMR. Oleh karena itu saat ini PMI Sragen sangat mengharapkan peran aktif kepala sekolah, untuk mengaktifkan kegiatan PMR di sekolah. “Kegiatan PMR jangan disatukan dengan Pramuka karena substansi materinya berbeda. Jadikan PMR sebagai ekstrakurikuler tersendiri,” terangnya.
Jika seorang siswa sudah mengikuti PMR sejak SD, ungkapnya, harapannya ketika SMP dan SMA juga mengikuti PMR. Dengan mekanisme itu, jiwa kemanusiaan terpatri dalam diri siswa tersebut. Selanjutnya ia diharapkan menjadi kader kemanusiaan yang siap membantu siapapun.
Komandan Relawan PMI Sragen, Triyono, mengatakan dari ratusan SD di Sragen, hanya SDN Celep 1 Kedawung, Sragen yang aktif mengadakan kegiatan PMR. Untuk jenjang SMP dan SMA/SMK, rata-rata sudah memiliki ekstrakurikuler PMR. Ia menilai, belum banyaknya SD yang mengaktifkan kegiatan PMR karena mereka kesulitan mencari pembina/pelatih PMR.