SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SRAGEN–Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen, Joko Saryono, mengatakan Kabupaten Sragen kekurangan tenaga pendidik untuk mata pelajaran (mapel) Bahasa Jawa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Joko membeberkan, total guru mapel Bahasa Jawa di tingkat SMP, SMA dan SMK, 63 orang. Jumlah itu cenderung minim kerena kebutuhan tenaga pendidik mapel Bahasa Jawa mencapai 81 orang. Maka yang terjadi, masing-masing sekolah memaksimalkan tenaga pendidik.

Masalah kekurangan tenaga pendidik belum menemukan solusi, tetapi pemerintah pusat malah mewacanakan menghapus mapel Bahasa Jawa. Menanggapi hal itu Joko mengatakan pemerintah tidak akan mengaplikasikan kurikulum baru tanpa uji coba dan evaluasi. Namun apabila kurikulum baru jadi dilaksanakan maka guru mapel Bahasa Jawa akan diintegrasikan ke mapel lain yang serumpun. Guru mapel Bahasa Jawa akan mengajar Bahasa Indonesia, Pendidikan Budi Pekerti dan lain-lain.

“Saya kira nanti ada solusi yang terbaik dari pemerintah. Kurikulum baru itu masih dievaluasi. Saya yakin akan ada uji coba dan praktik. Saya tidak menampik apabila ada kurikulum baru. Bagaimanapun juga, kurikulum harus ada inovasi yang mengikuti perkembangan jaman,” kata dia saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, akhir pekan kemarin.

Meski demikian, Joko mengaku kurang sepakat apabila mapel Bahasa Jawa dihapus dari kurikulum. Menurut dia, mapel Bahasa Jawa merupakan bagian dari budaya lokal yang harus dilestarikan. Joko menilai apabila mapel Bahasa Jawa dihapus akan menghilangkan budaya lokal. Joko prihatin melihat anak-anak sekarang tidak bisa berbahasa Jawa. Padahal mereka sudah mendapat pelajaran Bahasa Jawa.

“Bagaimana bila mapel Bahasa Jawa dihapus? Saya tidak dapat membayangkan. Saya rasa kebijakan itu bisa jadi menghilangkan budaya lokal di wilayah masing-masing. Anak-anak sekarang minim sopan santun berbahasa Jawa. Saya pribadi tidak menolak kebijakan mata pelajaran Bahasa Jawa dihapus tapi sebetulnya kebijakan itu kurang pas. Itu ada kaitan dengan budi pekerti dan pendidikan karakter. Saya takut itu hilang,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya