SOLOPOS.COM - Makanan jajanan pasar yang terbungkus dengan plastik tersaji di meja saat penilaian lomba jananan pasar sebagai rangkaian Sragen Expo 2017 di Gedung Kartini, Sragen, Selasa (16/5/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Sragen Expo 2017 dimeriahkan lomba kreasi jajanan pasar.

Solopos.com, SRAGEN — Aneka jajanan pasar tersaji di meja kecil di halaman depan Gedung Kartini Sragen, Selasa (16/5/2017). Makanan-makanan tersebut disajikan dengan kreativitas warga dari 208 desa/kelurahan di Bumi Sukowati.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Setiap perwakilan desa mengemas jajanan pasar itu agar menarik tim juri yang ditunjuk Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop & UKM) Kabupaten Sragen. “Perwakilan desa yang hadir baru 194 desa. Masih kurang dua desa yang belum hadir. Panitia masih menunggu,” teriak salah satu panitia menjelang penilaian.

Setiap meja mewakili satu desa atau kelurahan. Penganan berbentuk kerucut berwarna cokelat tertumpuk di salah satu meja. Makanan buatan para ibu dari Desa Gemantar, Kecamatan Mondokan, Sragen, itu diberi nama menci. Menci merupakan makanan sejenis utri yang biasa dijumpai di Pasar Gemantar dan Pasar Kedawung, Mondokan.

“Menci makanan khas Mondokan. Bahan dasarnya singkong dan kelapa muda. Kalau di pasar dijual dengan harga minimal Rp500 mendapat dua buah menci. Kami menjual ke pasar setiap pasaran Wage dan Legi. Setiap pasaran bisa habis sampai 5 kg,” ujar Ny. Suradi, 49, salah satu pembuat makanan jajanan pasar asal Dukuh Cranggang, Gemantar, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa siang.

Selain menci, Ny. Suradi menunjukkan makanan khas Mondokan lainnya, yakni bacem tempe karabenguk yang dijual Rp10.000 per kemasan. Makanan itu banyak dijumpai di Desa Sumberejo, Mondokan. Desa Kedawung Mondokan memilih membuat kue lumpur berbahan baku ketela. Kue yang berbentuk bulat itu dijual dengan harga Rp1.000 per buah.

Ada juga puding buah naga asal Desa Sono, Mondokan. “Kalau dari Tempelrejo, Mondokan, menyajikan pelas dan pecel berbahan kacang tunggak. Kacang yang mudah didapat di Desa Tempelrejo,” kata Salasatun, 50, warga Bringinan RT 018, Desa Tempelrejo, Mondokan, Sragen.

Berbeda dengan para ibu dari Desa Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen. Mereka menciptakan makanan jajanan pasar berbahan singkong dan beras ketan dengan nama yang unik, yakni gethuk presiden, jadah menteri, tapai hijau, madu mongso, dan krupuk amta atau ampas tahu.

“Kami sengaja memberi nama yang menarik agar para pengunjung penasaran. Gethuk presiden itu dibuat dari singkong. Jadah menteri dibuat dari beras ketan. Semuanya dijual dengan harga pasaran. Kami memasarkan produk-produk itu di BUM Desa [Badan Usaha Milik Desa] Puromart,” ujar pegiat Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera (UPKS) Wanita Mandiri Desa Puro, Sri Ningsih, 55.

Bahan dasar singkong dan ketela paling dominan dalam lomba jajanan pasar kali ini. Seperti para ibu dari Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Sragen, juga memanfaatkan singkong untuk membuat aneka jajanan pasar seperti combro, bugis, kue lapis, dan seterusnya.

“Combro itu berbahan singkong yang di dalamnya ada tempe keringnya. Kalau bugis itu makanan khas dari Bugis yang dimodifikasi di Jawa,” kata parmi, 48, warga Sidorejo RT 010, Karanganom, Sukodono.

Salah satu anggota tim juri dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, Daryono, menjelaskan penilaian juri didasarkan pada kreativitas tampilan makanan, bahan dasar atau bahan baku yang mengusung potensi desa, rasa makanan, dan kemasan. Dia melihat bahan dasar singkong paling dominan digunakan para ibu dalam menyajikan jajasan pasar.

“Kami mengambil enam pemenang untuk juara I, II, dan III serta juara harapan I, II, dan III. Pemenang akan diumumkan pada penutupan Sragen Expo 2017,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya