Solopos.com, SOLO — Mengenakan kebaya putih dengan selendang kuning, Ibu Negara Iriana Joko Widodo ikut menari Gambyong bersama puluhan anggota Himpunan Ratna Busana (HRB) Solo dan tamu undangan di Halaman Wuryaningrat Museum Danar Hadi, Solo, Minggu (21/4/2019).
Geraknya luwes mengikuti instruksi dua penari senior di panggung sembari melempar senyum lebar sepanjang acara. Selesai menari, Iriana ditemani Ketua HRB, Danarsih Santosa, dan pengurus lain menceritakan antusiasmenya mengikuti serangkaian Hari Kartini sekaligus perayaan Sewindu HRB tersebut.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Mendapat undangan sehari sebelum acara, ia mengaku bertekad tetap datang meski susah mendapatkan tiket pesawat. “Ya tiket pesawatnya susah ini. Tapi, saya pokoknya pengin datang. Kalau enggak dapat tiket pulang ya nanti naik bus enggak apa-apa lah,” kelakarnya.
HRB menurutnya punya peran besar dalam mengenalkan busana daerah. Mereka selalu menggalakkan pemakaian busana nasional. Beberapa kali menggelar acara dan kunjungan ke daerah-daerah dengan tujuan mengenal budaya serta busana setempat.
Iriana masih ingat betul semangatnya kali pertama bergabung dalam acara HRB bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, bertahun-tahun lalu. Iriana juga mengundang HRB Solo mengenal budaya Betawi dilanjutkan kegiatan peduli lingkungan di Jakarta dengan tetap mengenakan kebaya saat Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Selesai menari bersama, Iriana memotong tumpeng yang kemudian dibagikan kepada masyarakat di Car Free Day (CFD) Jl. Slamet Riyadi Solo. Seratusan porsi dibagikan jalan-jalan di sepanjang Jl. Slamet Riyadi sembari melayani permintaan selfie.
Acara bagi-bagi nasi tumpeng juga disebut sebagai perayaan Pemilu damai dan harapan agar Jokowi kembali memimpin Indonesia.
Kebinekaan
Wakil Ketua HRB Solo, R.Ay. Febri Dipokusumo, mengatakan perayaan sewindu dengan tema Kartini Menari Cantik yang dibuka tari Gambyong bersama anggota dan tamu undangan bukanlah tanpa makna. Gerak Gambyong menurutnya menjadi simbol ‘Kartini’ era sekarang yang harus luwes dan anggun menghadapi tantangan zaman.
Tentunya dengan tetap mengedepankan budaya sebagai dasar sikapnya. “Khususnya dalam konteks budaya dan kain Nusantara untuk menjaga kebinekaan. Harapannya perempuan Indonesia selalu menggunakan sentuhan etnik Nusantara dalam menjalani aktivitas sehar-harinya. Ini bakal menjadi pengingat kita tentang kekayaan Indonesia yang luar biasa,” kata Febri.
Saling belajar dan mengenal budaya daerah, kata Febri, menjadi modal penting untuk menjaga kebinekaan. “Itulah kenapa perempuan enggak sekadar kanca wingking. Tapi perempuan juga punya energi besar untuk bangsa ini. Ambil bagian untuk merajut persatuan lewat budaya,” kata dia.