SOLOPOS.COM - Soto Mbok Dele Klaten. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warung soto kini marak bermunculan di Klaten. Berbagai macam warung itu menyajikan soto yang khas dan unik.

Keberadaan soto di Klaten tidak bisa lepas dari soto Mataraman (Solo dan Yogyakarta) sebagai akar sejarahnya. Dua kutub kebudayaan Jawa, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta dinilai mempengaruhi aneka soto di Klaten.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Filolog Sastra Jawa Kuno cum Pengamat Budaya Mataraman, Rendra Agusta, mengatakan pada prinsipnya kuliner soto berasal dari Tionghoa. Rendra menyebut kata soto berasal dari bahasa Tionghoa, tshau-too, yang berarti jeroan berempah.

Soto lebih dulu populer di wilayah pesisir utara Jawa dibandingkan wilayah pedalaman, seperti Solo dan sekitarnya.

Sementara itu, Klaten yang termasuk wilayah pedalaman, banyak terpengaruh budaya Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Salah satunya berpengaruh terhadap kuliner soto.

Baca Juga: Soto Bu Yati Delanggu Klaten, Disajikan Tanpa Kuah tapi Tetap Nendang di Lidah

Meski tidak ada perbedaan signifikan antara soto Solo dan soto Yogyakarta, letak Geografis Klaten yang berada di dua daerah tersebut menjadikan soto klaten sedikit banyak terpengaruh keduanya.

“Secara bentuk dan rasa, soto Klaten tidak berbeda jauh dengan soto Solo atau Yogyakarta. Sotonya bening, biasanya pakai daging sapi dan kerap disajikan saat pagi hari,” kata Rendra ketika berbincang dengan Solopos.com di kawasan Universitas Sebelas Maret (UNS), Selasa (25/10/2022).

Soto dengan kuah bening itu sangat berkaitan erat dengan geografis wilayah pedalaman seperti Solo dan sekitarnya. Wilayah pedalaman memiliki komoditas rempah yang lebih sedikit dibandingkan wilayah pesisir, terutama pesisir utara Jawa.

Rempah menjadi bahan utama membuat soto. Wilayah yang sedikit memiliki rempah secara otomatis saat bahan yang dibutuhkan saat membuat soto realtif sedikit. Maka wajar jika soto di daerah pedalaman seperti Klaten dan sekitarnya berkuah bening.

Baca Juga: Keistimewaan Soto Klaten, Diburu Pencinta Kuliner hingga Jadi Objek Penelitian

Hal itu berbeda dengan soto di wilayah pesisir utara Jawa seperti Kudus, Semarang, atau Pekalongan yang cenderung berkuah kental dan lebih keruh. Di wilayah itu, berbagai komoditas rempah lebih banyak sehingga rempah yang digunakan membuat soto pun banyak.

“Komposisi soto antara kedua wilayah tersebut berbeda karena letak geografisnya. Geografis menentukan komoditas dan komoditas menentukan komposisi,” ujar Renda yang juga penikmat soto Mataraman itu.

Rendra melanjutkan, kondisi itu juga memengaruhi waktu penyajian soto. Soto Mataraman kerap disajikan saat pagi hari.

Hal itu bukan tanpa alasan. Rempah dalam soto Mataraman yang cenderung sedikit dan mudah didapatkan sangat memungkinkan dibuat dan dihidangkan saat pagi hari dengan kondisi yang masih hangat dan fresh.

Baca Juga: Sedapnya Soto Karto Ngali Klaten yang Kaya Rempah, Dijamin Bikin Nagih

“Karena relatif mudah dibuat, jadi bisa dihidangkan pagi hari. Alasannya karena praktis saja,” ucap Rendra.

Menurut dia, soto di Klaten kini sudah menjadi budaya. Soto sudah menjadi hidangan harian bagi warga Klaten.

Posisi soto di masyarakat berbeda dengan kuliner lain, seperti ketupat yang hanya muncul pada momen tertentu. Dengan begitu, soto akan bernafas panjang, artinya kuliner soto akan bertahan lama, bahkan abadi karena telah membudaya dan menyatu dengan masyarakat.

“Dari semangkuk soto Klaten, kita bisa tahu, bagaimana posisi, geografis, dan budaya Klaten,” ungkap Rendra.

Baca Juga: 4 Makanan Tradisional Khas Klaten Ini Sering Diburu Pembeli

Dia menambahkan, di Klaten, wilayah yang menjadi tempat legendaris dan salah satu tempat yang terdapat sejumlah warung yang sudah cukup lama menjual soto adalah Kecamatan Ceper.

Penikmat soto Klaten, Putri Ayu Ningrum, mengaku cukup sering menikmati soto Klaten. Dalam sepekan, ia bisa beberapa kali membeli soto di Warung Soto Kampung Sewu, Kecamatan Pedan. Menurutnya rasa soto Klaten tidak kalah enak dengan soto-soto daerah lain.

“Menurut saya yang membedakan soto Klaten dengan soto daerah lain adalah bumbu atau rempah-rempahnya. Dengan rempah-rempah pilihan seperti kapulaga Jawa, jinten, kayu manis, dan pala, soto Klaten memiliki ciri khas tersendiri,” kata Putri.



Pencinta soto Klaten asal Kecamatan Karanganom, Aditia Prasetya Aji, mengatakan soto Klaten perlu branding agar lebih dikenal. Di Soloraya, nama Klaten sebagai penghasil kuliner soto masih kalah dengan Solo dan Boyolali. Padahal secara rasa, soto Klaten tidak kalah dengan soto lain di Soloraya.

Baca Juga: Ada Angkringan Widoro Klaten, Menu Andalan Soto Kerbau dengan Harga Terjangkau

“Saya sering sekali menikmati soto Klaten. Biasanya saya beli soto Klaten saat sore di warung di dekat Stasiun Kereta Api Ceper,” kata Aji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya