SOLOPOS.COM - Rektor UIN Walisongo, Prof. Imam Taufiq. (Walisongo.ac.id)

Solopos.com, SOLO — Sosok Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Imam Taufiq, yang dilantik pada 23 Juli 2019 lalu, ternyata merupakan pribadi yang cukup unik. Imam menganggap jabatan yang ia pangku sekarang sebagai musibah.

“Rektor itu kan amanah, beban berat yang harus dipikul oleh siapa pun termasuk saya. Beban itu saya maknai sebagai sebuah musibah. Beban yang yang tidak harus saya rasakan tapi harus saya rasakan,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com di Hotel Laras Asri, Kota Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (21/2/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak awal dilantik menjadi rektor, Imam sudah menganggap jabatan itu sebagai musibah yang harus diselesaikan dengan baik. Ada beberapa alasan yang membuatnya menganggap jabatan rektor sebagai musibah.

“Kenapa berat? UIN Walisongo saat ini mempunayi mahasiswa hampir 20.000, itu orang tua memasrahkan total kepada kami harapannya jadi orang yang berhasil punya ilmu tapi kemudian kalau kemudian dipimpin orang dan tim yang tidak solid dan amanah itu menjadi harapan yang sia-sia bagi para orang tua kan itu sebuah tanggung jawab yang tersia-siakan,” bebernya.

Ekspedisi Mudik 2024

Meski menganggap jabatan rektor sebagai musibah, Imam bertekad akan menuntaskan tugasnya dengan baik. Terlebih, perguruan tinggi yang ia pimpin membawa nama besar Walisongo.

“UIN Walisongo itu tidak sederhana, tidak sekadar gaya-gayan nama wali sembilan kumpul jadi satu sementara yang lain kampusnya hanya satu satu, ini semua di tempat kami bukan gaya-gayaan tapi membawa kebesaran nama mereka yang dakwahnya diterima masyarakat, kita membawa nama besar saya, tidak main-main-main,” ucap Imam.

Pengasuh Ponpes

Di luar kesibukannya sebagai rektor, sang profesor juga memiliki kesibukan lain, yakni menjadi Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Besongo Darul Falah di Ngaliyan, Kota Semarang.

Ia mengaku kehidupan ponpes tak bisa lepas darinya. Pasalnya, Imam sudah terbiasa hidup dengan suasana ponpes dan sudah menjadi santri sejak kecil. Meski sibuk menjadi pengasuh Ponpes Besongo Darul Falah, Imam menegaskan kegiatannya sebagai rektor tak pernah terganggu.

“Ketika tidak di kampus saya ketemu anak-anak saya yang 300 di ponpes. Dari sisi pembagian waktu tidak bertabrakan dengan kampus. Semakin banyak orang punya acara banyak program, banyak kegiatan, pasti semakin pintar membagi waktu,” ujar pria yang menjadi wakil rektor di UIN Walisongo tersebut.

Tak Pernah Mimpi Jadi Rektor

Lama berkarier di UIN Walisongo, Imam mengaku tak pernah bermimpi bisa menjadi rektor. “Blas, musibah kok diimpikan. Sampai saat ini saya merasa ini berat. Makanya ini harus bersama-sama [memajukan UIN Walisongo],” ungkapnya.

Prof. Imam Taufiq mengaku ia dulunya mendaftar sebagai calon rektor UIN Walisongo karena permintaan para seniornya. Tak disangka ia terpilih untuk memimpin salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Semarang tersebut.

Cita-Cita

Meski tak penah bermpimpi jadi rektor, Imam sejak kecil memang bercita-cita menjadi seorang pendidik. “[Cita-cita] jadi guru, orang tua saya guru, nenek saya konon guru, kehidupan sehari-hari memang membagi ilmu maka sedianya ketika kecil, ketika kuliah, ingin jadi guru. Dosen kan guru, rektor itu kan jabatan tambahan,” jelasnya.

Hobi

Keunikan sosok rektor UIN Walisongo belum berhenti sampai di situ. Untuk urusan hobi, Imam juga merupakan pribadi yang tergolong unik. Sang rektor memiliki hobi ziara kubur.

“Ziarah kubur. Jadi saya suka kalau pergi ke mana-mana ke tempat-tempat tugas misalnya, salah satu yang saya cari refreshing-nya adalah mencari tokoh agama yang konstruktif buat masyarakat di sekitarnya yang sudah meningal, bahkan yang hidup kalau ketemu, orang bilang bidah yang terserah, tapi itu perlu dicontoh untuk memberikan support dalam pekerjaan dan spiritual,” ungkapnya.

Imam mengaku hobi ziarah kubur sejak ia masih muda. “Saya lakukan sejak saya santri, kalau ditanya tempat-tempat di mana saya hafal,” lanjut Imam.

Tekad

Sebagai rektor UIN Walisongo, Imam ingin mempertahankan prestasi kampusnya dan bertekad membuat peringkat kampusnya semakin baik, baik di tingkat nasional, maupun internasional.

“Yang paling utama services untuk mahasiswa, semua yang kita lakukan hanya untuk mahasiswa, input-nya bagus, output-nya bagus, jadi bisa menjadikan orang yang lebih produktif,” pungkas sang rektor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya