SOLOPOS.COM - Makam Sunan Kuning di Semarang (Instagram/@razma_razma)

Solopos.com, SEMARANG — Sunan Kuning atau Amangkurat V adalah cucu dari Amangkurat III di Kerajaan Mataram Islam. Dia adalah putra dari Pangeran Tepasana yang pada 1742 diangkat sebagai susuhunan Mataram menggantikan takhta Amangkurat IV oleh koalisi Jawa-Tionghoa yang menantang kekuasaan Pakubuwana II dan kolonialisme VOC atau Belada.

Dilansir dari Suara.com, Rabu (15/11/2021), nama Sunan Kuning merupakan penyebutan lafal yang berubah dari nama aslinya yaitu Soen An Ing. Memiliki nama lain Raden Mas Garendi, Soen An Ing juga disebut sebagai Susuhunan pertama di Kerajaan Mataram Islam di Kartasura (Kraton Kartasura) yang berasal dari keturunan peranakan Jawa-Tionghoa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sunan Kuning berperan dalam menyebarkan ajaran Islam di Semarang dan kawasan pantura lainnya pada abad ke-17. Awal kisah Sunan Kuning ini diawali dari konflik memanas yang ada di Kraton Kartasura. Saat itu, Sunan Kuning yang masih kecil dilarikan meninggalkan Keraton oleh pamannya, Wiramenggala, menuju Grobogan dengan melintasi Gunung Kemukus.

Baca Juga: Tergelincir, Pemancing Tenggelam di Sungai Serayu

Di lokasi itu, Sunan Kuning bersama rombongan pelarian dari Kraton Kartasura bertemu dengan keluarga Tionghoa bernama Tan He Tik dan singkatnya Sunan Kuning diangkat anak oleh keluarga Tionghoa tersebut. Dia tumbuh dewasa menjadi pribadi yang berparas tampan dan memiliki banyak penggemar dari kalangan wanita.

Pertempuran Kraton Kartasura

Dihimpun dari Wikipedia, kisah perlawanannya terhadap Pakubuwana II –Raja Kraton Kartasura saat itu– diawali dari afiliasi Pakubuwana II dengan VOC atau tentara kolonial Belanda pada 1742. Hal itu dilatarbelakangi ketakutan Pakubuwana II atas ancaman pelengseran dari takhta Mataram bila terus melawan VOC.

Sementara itu, di Grobogan, Sunan Kuning atau Raden Mas Garendi menghimpun kekuatan untuk melakukan perlawanan terhadap Pakubuwono II dan VOC. Dia menghimpun kekuatan dari dua kelompok etnis, yaitu tiga brigade dari etnis suku Jawa dan tiga brigade dari etnis Tionghoa.

Baca Juga: Terungkap Penyebab Pria Tewas di Bawah Jembatan Rel KA di Grobogan

Rencana perlawanan terhadap Pakubuwono II dan VOC ini menadapt dukungan dari berbagai pihak, seperti Patih Natakusuma yang merupakan bawahan Pakubuwana II, Raden Mas Said yang kemudian bergelar Mangkunagoro I, Tumenggung Martapura yang merupakan seorang Adipati Grobogan, Tumenggung Mangun Oneng, seorang Adipati Pati, kemudian Singseh yang merupakan pemimpin laskar Tionghoa dari Tanjung Welahan, dekat Demak dan Kapitan Sepanjang, pemimpin pemberontakan Tionghoa dari Batavia (kini Jakarta).

Pertempuran demi pertempuran melawan VOC dan Pakubuwana II oleh koalisi Jawa-Tionghoa terjadi. Pada Mei 1742, formasi pasukan Jawa-Tionghoa terdiri atas 1.000 prajurit etnis suku Jawa dan 1.000 prajurit etnis Tionghoa. Pada Juni 1742, Sunan Kuning dan pasukannya menuju Kraton Kartasura. Laskar Tionghoa dibawah kepemimpinan panglima Entik, Macan, dan Pibulung sedangkan laskar etnis suku Jawa dipimpin oleh Kertawirya, Wirajaya, dan Martapura.

Sunan Kuning yang saat itu masih remaja dikawal oleh Tumenggung Mangun Oneng, Kapitan Sepanjang, dan Singseh. Mereka melakukan pertempuran di Kartasura, Boyolali, hingga Salatiga. Pada 30 Juni 1742, pasukan Sunan Kuning berhasil menjebol benteng Kraton Kartasura. Penjebolan itu dilakukan dengan menggunakan meriam yang bekasnya bisa dilihat hingga sekarang.

Baca Juga: Polda Jateng Kirim 36 Polwan ke Semeru, Ini Kata Psikolog

Pakubuwana II dan keluarganya dievakuasi oleh Kapten Van Hohendorff, pemimpin tentara kolonial VOC di Kartasura. Mereka melarikan diri ke Magetan melalui Gunung Lawu. Pada 1 Juli 1742, Sunan Kuning resmi diangkat menjadi Susuhunan Kraton Kartasura dengan gelar Sunan Amangkurat V.

Setelah berhasil menguasai Kraton Kartasura, Amangkurat V merencanakan menggempur pasukan VOC di Semarang. Sebanyak 1.200 pasukan gabungan etnis suku Jawa dan etnis Tionghoa dikerahkan. Pasukan ini dipimpin oleh Raden Mas Said (Mangkunagoro I) dan Singseh (Tan Sin Ko) menuju Welahan.

Amangkurat V Lengser dan Diasingkan ke Ceylon

Namun sayangnya, mereka kalah dalam pertempuran di Welahan. Beberapa dari mereka tertangkap, seperti salah satu pimpinan pasukan bernama Tan We Kie terbunuh di Pulau Mandalika, lepas pantai Jepara, dan Singseh tertangkap di Lasem dan dieksekusi mati di sana. Singkatnya, Amangkurat V kehilangan banyak pasukan dan hal ini dimanfaatkan oleh Pakubuwana II dan VOC untuk balas dendam.

Baca Juga: Ada 4.080 Warga Miskin Baru di Kabupaten Jepara, Ini Saran BPS

Pada 26 November 1742, Pakubuwana II dibantu oleh beberapa pihak menyerang Kraton Kartasura. Cakraningrat IV menyerang dari arah Bengawan Solo, Pakubuwana II menyerang dari arah Ngawi dan pasukan VOC dari arah Ungaran dan Salatiga. Amangkurat V meninggalkan Kartasura dan mengungsi ke arah selatan bersama pasukannya. Pada 1743,  Amangkurat V terpisah dari rombongannya dan terjebak di Surabaya. Di sana, dia ditangkap oleh VOC dan ditawan ke Semarang lalu ke Batavia dan akhirnya diasingkan ke Ceylon (sekarang Sri Lanka).

Oleh jasanya, dia dikenal sebagai tokoh nasionalisme keturunan Jawa-Tionghoa dalam melawan kolonialisme Belanda dan pengkianatan yang dilakukan oleh pihak Kraton saat itu. Sunan Kuning dimakamkan sebuah bukit kecil bernama Bukit  Pekayangan di Kelurahan Kulon, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Berdasarkan penelusuran Suara.com, makam Sunan Kuning dirancang dengan ornamen-ornamen khas Tiongkok sebagia pengingat bahwa ada tokoh nasionalisme yang berasal dari keturunan Tionghoa.

Sejak tahun 1960an, Pemerintah Kota Semarang menjadikan kawasan di dekat makam Sunan Kuning sebagai lokalisasi yang dikenal dengan Resosialisasi Argorejo. Orang awam kemudian mengenalnya sebagai Lokalisasi Sunan Kuning. Tempat ini setara dengan Gang Doli di Surabaya dan Kali Jodo di Jakarta. Tempat lokalisasi Sunan Kuning sudah ditutup oleh Pemkot Semarang sejak 18 Oktober 2019 silam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya