SOLOPOS.COM - Kabid Kesehatan Hewan (Kabid Keswan) Disnakkan Boyolali, drh. Afiany Rifdania, saat memaparkan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan PMK di Balai Desa Madu, Selasa (14/6/2022). (Solopos-Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Pemerintah Desa (Pemdes) Madu, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, menggelar sosialisasi pencegahan dan penanggulangan penyakit mulut dan kuku atau PMK di Balai Desa Madu, Selasa (14/6/2022). Sosialisasi tersebut menghadirkan narasumber dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali.

Kepala Desa (Kades) Madu, Tri Haryadi, mengungkapkan dalam sosialisasi tersebut diundang 70 warga yang terdiri dari peternak, pedagang, ketua RT dan ketua RW.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dengan sosialisasi ini harapannya para peternak dan pedagang di Desa Madu paham tentang penyakit mulut dan kuku. Kemudian harapannya PMK di Desa Madu bisa hilang, jadi semua sapi jadi sehat,” kata Tri Haryadi saat dijumpai wartawan di sela-sela acara.

Sementara itu, pembicara dalam sosialisasi tersebut adalah Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Kabid Keswan) Disnakkan Boyolali, drh. Afiany Rifdania. Ia memaparkan pentingnya kolaborasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali dengan masyarakat.

“Saya memberi pemaparan tersebut agar ada peran serta masyarakat. Tidak hanya menunggu dari petugas, karena petugas hanya 40 orang terus dari mantri tidak semuanya bisa jadi relawan,” jelas dia.

Baca juga: Pasar Hewan Ditutup Gegara PMK, Begini Nasib Bakul Sapi Boyolali

Ia mengatakan dengan jumlah 40 petugas dan harus menangani populasi sapi di Boyolali yang sangat banyak, ia mengatakan tidak mungkin petugas mendatangi satu persatu.

“Jadi misal sudah lapor tapi petugas belum datang, ya karena antreannya banyak. Semisal saja ada 50 laporan, dan setiap yang melapor punya lima ekor sudah 250 ekor sapi. Kadang ada yang punya 10 hingga 18 sapi. Setengah hari itu kadang kami hanya bisa menangani satu titik,” kata dia.

Rebusan Air Sirih

Maka dari itu, ia meminta masyarakat untuk mencari alternatif dibandingkan mengandalkan 100 persen petugas Keswan.

Ia juga sempat memaparkan kepada para peserta sosialisasi yang datang untuk menyemprot mulut dan lidah sapi yang terkena PMK dengan rebusan air sirih atau dengan cuka masak yang dicampur air atau citric acid yang kemudian dicampur dengan air.

Baca juga: Duh Biyung, Ratusan Sapi di Desa Madu Boyolali Bergejala Mirip PMK

“Peternak yang mau melaksanakan itu biasanya cepat sembuh. Jadi PMK itu kan virus, virus itu kan butuhnya vitamin, penurun panas, dan makanan bergizi. Kalau antibiotik malah untuk infeksi sekunder, bukan primer,” jelas dia.

Untuk mengatasi infeksi primer, ia mengatakan ternak arus memperbaiki pakan, menambah probiotik dalam pakan, dan mengurangi makanan berupa konsentrat atau komboran sementara waktu serta menambah pakan hijau atau rumput.

“Jadi karena virus ini kan mengganggu lambung sapi. Dalam lambung sapi sebenarnya ada bakteri alami yang bagus tapi terganggu karena virus. Pakan hijau itu untuk mempercepat penyembuhan,” kata dia.

Afi juga menekankan pentingnya biosafety dan biosecurity untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku. “Jadi anggap kandang kita itu zona hijau dan daerah luar itu zona merah PMK, jadi setiap kita masuk kandang harus mandi, harus ganti baju, dan ganti alas kaki,” kata dia.

Baca juga: Ada PMK Jelang Iduladha, Harga Sapi di Boyolali Naik Rp2,5 Juta/Ekor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya