SOLOPOS.COM - Warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah yang menolak rencana penambangan batu andesit di desa tersebut tetap kukuh dan kompak menolak penambangan bersistem kuari atau terbuka itu. (Kepada Tanah: Hidup dan Masa Depan Wadas)

Solopos.com, SOLO – Pencabutan izin penetapan lokasi dan pembatalan rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas, adalah satu-satunya cara menghentikan kontroversi dan kerusakan harmoni di desa tersebut.

Pencabutan izin penetapan lokasi dan pembatalan rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya cara menghentikan kontroversi dan kerusakan harmoni di desa tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Solusi untuk Desa Wadas Hanya Pembatalan Penambangan Batu Andesit

Batu andesit itu rencananya menjadi material utama pembangunan Bendungan Bener yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Desa Wadas. Kedatangan lagi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Desa Wadas beberapa hari lalu tak merumuskan penyelesaian konkret untuk Desa Wadas.

Bendungan Bener adalah bagian dari 202 proyek strategis nasional. Desa Wadas bukan tapak pembangunan Bendungan Bener. Desa Wadas dalam perspektif proyek strategis nasional tersebut hanya daerah ikutan karena menjadi area yang dipilih untuk menambang batu andesit, material utama untuk membangun Bendungan Bener.

Gempa Nias Selatan dan Menengok Tsunami 1797

Badan Pusat Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mencatatkan pusat gempa Senin (14/3/2022) berada di wilayah Pantai Selatan Nias Selatan, Sumatra Utara, dengan kekuatan M6,9. Gempa besar terakhir di zona itu berkekuatan ~M8,5 terjadi pada 1797 atau sudah 225 tahun yang lalu.

Baca Juga: Gempa Nias Selatan dan Menengok Tsunami 1797

Gempa susulan dengan magnitudo 5,4 kembali mengguncang Nias Selatan, Sumatra Utara, Senin (14/3/2022) pada pukul 21.12 WIB setelah sebelumnya gempa utama berkekuatan magnitudo 6,7 melanda kawasan tersebut pada Senin pagi.

Berdasarkan laporan resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episenter gempabumi terletak pada koordinat 0,56 derajat LS ; 98,54 derajat BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 4 km arah timur Hibala, Nias Selatan, Sumatra Utara, pada kedalaman 36 km.

Kisah Sukses Sudono Salim, Dari Gelandangan Hingga Jadi Konglomerat

Berangkat dari latar belakang keluarga miskin di China, Sudono Salim sempat jadi gelandangan sebelum sukses menjadi konglomerat di Indonesia melalui ladang bisnisnya yang menggurita.

Sudono Salim merupakan seorang imigran dari China. Ia terlahir di Fujian, China, pada 16 Juli 1916. Nama aslinya adalah Liem Sioe Liong. Ia adalah anak kedua dari orang tua yang bekerja sebagai petani yang hidup serba kekurangan. Ketiadaan biaya membuatnya terpaksa putus sekolah pada usia 15 tahun. Ia kemudian memilih berjualan mi di sekitar tempat tinggalnya.

Baca Juga: Kisah Sukses Sudono Salim, Dari Gelandangan Hingga Jadi Konglomerat

Keinginan untuk memperbaiki hidup mendorongnya berkelana ke Indonesia. Ia ingin mengikuti jejak kakaknya yang lebih dahulu tiba di Tanah Air pada 1939 yang saat itu masih bernama Hindia Belanda. Ia tiba di Indonesia tepatnya di Surabaya, Jawa Timur, setelah menempuh perjalanan jauh menggunakan kapal layar tanpa mesin. Liem tiba di Indonesia saat Perang Dunia II mulai berkecamuk.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya