SOLOPOS.COM - Perajin menyelesaikan kain batik di Desa Pilang, Masaran, Sragen. (Solopos-Dok.)

Solopos.com, SRAGEN -- Datangnya pandemi Covid-19 membuat hampir semua pengusaha batik di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen, menghentikan kegiatan produksi. Ini terjadi karena stok barang mereka menumpuk di pedagang.

Para pedagang batik yang berlokasi di kota-kota besar kesulitan menjual barang. Hal ini membuat para pedagang tidak bisa membayar batik kepada pengusaha.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Saat kami menagih uang dari pedagang, pedagang itu belum bisa bayar. Kalau terus menerus ditagih, dia malah meminta barang itu dikembalikan ke pengrajin daripada menumpuk di kios karena tidak laku dijual,” papar pemilik Sokha Batik Sragen, Suwanto, kala berbincang dengan Solopos.com, Kamis (12/11/2020).

Duh, Kasus Positif Covid-19 Karanganyar Didominasi Klaster Keluarga

Ekspedisi Mudik 2024

Sebelum pandemi, rata-rata Suwanto bisa mendapatkan pesanan 80 batik prada/bulan. Kadang ia melempar pesanan itu kepada tetangganya. Datangnya pandemi membuat pesanan batik prada menurun drastis.

“Sekarang ini, rata-rata saya hanya mendapat 10-20 pesanan batik prada. Karena jumlah pesanan sedikit, jadi saya kerjakan sendiri,” terang Suwanto.

Menghentikan Aktivitas Produksi

Lebih dari 1.500 buruh batik di Desa Pilang kehilangan pekerjaan sebagai dampak terjadinya Pandemi Covid-19. Sebagian besar dari pengusaha batik di Desa Pilang yang berjumlah sekitar 100 orang memilih menghentikan aktivitas produksi.

Kali Jenes di Pasar Kliwon Solo Alami Pendangkalan, Awas Banjir!

Terpuruknya usaha batik itu tidak lepas dari mandeknya pencairan giro dari para pedagang batik di kota-kota besar seperti Jakarta. Hal itu dikarenakan target penjualan dari batik tidak bisa terpenuhi sebagai akibat terjadinya pandemi Covid-19.

Padahal, para pengusaha batik di Desa Pilang juga punya tanggungan utang untuk membayar kain maupun obat pewarna.

Karena kegiatan produksi mandek, mau tidak mau para buruh harus banting setir. Ada yang berjualan kuliner, berjualan BBM, menjadi kuli di pasar, membuka warung mi ayam dan bakso, menjual gorengan, berjualan bubur kacang hijau dan lain-lain.

“Kalau saya, apa pun saya jalani. Pagi pergi ke ladang, sorenya berjualan minuman di tepi jalan. Katanya kalau tidak obah ya tidak mamah,” ujar Anto, 35, salah seorang buruh batik.

Kali Jenes di Pasar Kliwon Solo Alami Pendangkalan, Awas Banjir!

Pemerintah memang telah menggulirkan bantuan subsidi sebesar 2,4 juta kepada pelaku UMKM. Akan tetapi, tak satupun dari para pengusaha batik di Desa Pilang yang mengajukan permohonan mendapatkan subsidi sebesar Rp2,4 juta tersebut.

“Untuk mengakses bantuan UMKM itu salah satu syaratnya di buku tabungan tidak boleh ada dana di atas Rp2,4 juta. Mereka juga tidak boleh mengakses kredit perbankan. Itu persyaratan yang sulit dipenuhi sehingga mereka rata-rata tidak mengajukan bantuan UMKM itu,” papar Suwanto.

Mengakses Bantuan UMKM

Kepala Desa Pilang, Sukisno, menilai sebagian besar pengusaha batik di Desa Pilang tidak masuk kriteria untuk mengakses bantuan UMKM. Hanya ada beberapa pelaku UMKM di Desa Pilang yang mengakses bantuan tersebut.

“Selama ini yang tersentuh bantuan baru KK miskin. Sementara bagi pengrajin batik belum tersentuh bantuan, baik dari pemerintah ataupun swasta,” papar Sukisno.

Kali Jenes di Pasar Kliwon Solo Alami Pendangkalan, Awas Banjir!

Sukisno yang juga pengusaha batik menghentikan usaha produksi sejak terjadi pandemi Covid-19. Sebagai gantinya, ia banting setir dengan membuka warung ayam bakar. Pekerjaan itu ia geluti selain mengabdi kepada masyarakat sebagai kepala desa.

Sukisno mengakui hampir sebagian besar pengrajin batik banting setir ke usaha lain. Bahkan, ada pemilik usaha batik yang terpaksa banting setir menjadi bakul jamu keliling.

“Saya sendiri memilih jualan ayam bakar karena dulu pernah jualan ayam bakar. Jadi, itu keahlian lama yang saya hidupkan lagi buat cari kesibukan. Sekarang para pengrajin batik harus pintar-pintar cari penghasilan alternatif karena usaha batik tengah terpuruk,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya