SOLOPOS.COM - Soloraya Hari Ini Selasa (15/11/2016)

Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini mengabarkan konsumsi Pertalite di wilayah Solo lebih banyak ketimbang Premium.

Solopos.com, SOLO — Konsumsi pertalite meningkat tajam hingga mencapai hampir 50% dibandingkan tingkat konsumsi sebelumnya. Disparitas harga yang semakin kecil dengan premium juga membuat bahan bakar minyak (BBM) yang memiliki research octane number (RON) 90 ini semakin diburu.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Officer Communication and Relations Pertamina JBT, Didi Andrian Indra Kusuma, mengatakan tren penjualan premium saat ini menurun karena masyarakat mulai melihat kualitas daripada harga.

Apalagi saat ini seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Soloraya telah menjual pertalite. Bahkan ada SPBU yang tak lagi menjual premium.

Ekspedisi Mudik 2024

Kabar konsumsi Pertalite di wilayah Soloraya meningkat tajam dan menggeser Premium menjadi headline halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Selasa (15/11/2016).

Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini juga mengabarkan pria tertua di di duni Mbah Gotho senang pendengarannya kembali, boyongan loko uap paling cepat tiga hari, dan inspirasi purnawirawan Polri penjinak bom. Simak cuplikan kabar halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini:

KEGIATAN SOSIAL : Pria Tertua Itu Senang Pendengarannya Kembali

Sampun mireng dereng mbah [sudah bisa mendengar belum, mbah]?” tanya Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, seusai memasang alat bantu dengar di telinga Saparman Soedimejo alias Mbah Gotho, di halaman Balai Kota Solo, Senin (14/11/2016) pagi.

Warga Dukuh Segeran, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen yang disebut-sebut sebagai manusia tertua di dunia ini karena usianya menembus 145 tahun ini seketika mengangguk sambil berkata lirih, “sampun [sudah].”

Wali Kota pun berusaha berbincang dengan Mbah Gotho yang pagi itu ditemani sang cucu. Dengan mengenakan pakaian batik dan tanpa memakai alas kaki, Mbah Gotho terlihat senang saat menerima alat bantu dengar. (baca: Mbah Gotho Terima Alat Bantu Dengar)

Seneng wes iso krungu [senang sudah bisa mendengar], kata Mbah Gotho. Cucu Mbah Gotho, Suryanto, mengatakan sejak dua tahun lalu kemampuan pendengaran Mbah Gotho sudah berkurang.

Enam bulan terakhir ini penglihatannya juga mulai kabur sehingga pihak keluarga sangat berterima kasih atas bantuan alat bantu dengar tersebut. Adanya alat itu diharapkan dapat membantu komunikasi Mbah Gotho. “Akan memudahkan dalam merawat sang kakek,” harapnya.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

SEPUR KLUTHUK JALADARA : Boyongan Loko Uap Paling Cepat Tiga Hari

Lokomotif kuno yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta diboyong ke Solo lewat jalur darat mulai Minggu (13/11/2016) siang. Perjalanan tempuh membawa lokomotif seri D 52099 bikinan Krupp Essen Jerman pada 1954 silam itu memakan waktu paling cepat tiga hari.

Kepala Seksi Angkutan Orang Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Taufiq Muhammad, mengemukakan pengiriman lokomotif kuno dari TMII ke Solo merupakan bentuk dukungan Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian untuk memajukan wisata kereta di Kota Bengawan.

“Ini support dari Dirjen Perkeretaapian untuk Kota Solo. Kami dibantu dengan loko [lokomotif] uap yang sebelumnya dipajang di TMII untuk membantu operasional Sepur Kluthuk Jaladara,” terang Taufiq saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (14/11/2016) siang.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

HUT BRIMOB : Inspirasi Purnawirawan Polri Penjinak Bom

Sabtu, 2 Desember 1989. Masih jelas dalam ingatan Iptu (Purn) Sugiyanto kejadian nahas di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang. Tragedi meledaknya 100 gram bahan peledak, membuatnya kehilangan kedua pergelangan tangan dan kedua bola matanya.

Pria berusia 71 tahun itu adalah satu dari tiga polisi di Indonesia yang pada era tahun 80-an dididik sebagai detektor bahan peledak. Dia diperbantukan di Akpol untuk mendidik calon taruna tentang pengetahuan bahan peledak dan simulasi menjinakkan bom.

“Waktu itu saya punya anak didik di tim jihandak [penjinak bahan peledak] yang kemudian berubah jadi penjinak bom dari Satuan Gegana Polda. Saat itu, pangkat saya masih letnan dua,” tutur Sugiyanto yang kini tinggal di Jl. Kemuning, Kampung Pusung, Kelurahan Banaran, Boyolali Kota, Kabupaten Boyolali, Senin (14/11/2016).

Simulasi menjinakkan bom digelar pada hari yang nahas itu. Sebagai kepala unit, dia pun berdiri di depan dekat MC [pembawa acara]. Dia pakai seragam biasa, tanpa helm maupun rompi pengaman. Saat itu dia melihat helm yang dipakai anggotanya basah oleh keringat.

Rompinya basah semua. “Saya datangi. Saya tahu dia stres dan tidak bisa melakukan misi penjinakan bom. Akhirnya saya minta dia minggir, bahan peledak itu saya ambil, saya bawa ke barikade, baru lima langkah dari meja simulasi, langsung meledak,” kata dia.



Dia tidak bisa membayangkan jika dia tidak membawa pergi segera bahan peledak itu karena di dekat meja simulasi banyak petinggi Polri dan Akpol yang ingin menyaksikan simulasi.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya