SOLOPOS.COM - Soloraya Hari Ini Rabu (16/11/2016)

Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini mengabarkan Permendikbud membuat ribuan guru di Sukoharjo resah.

Solopos.com, SOL0 — Sekitar 3.000 guru pegawai negeri sipil (PNS) di Sukoharjo terancam tak menerima tunjangan profesi menyusul terbitnya Permendikbud No. 17/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam regulasi itu diatur guru penerima tunjangan profesi wajib memenuhi rasio siswa minimal. Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan PGRI Sukoharjo, Sahono, mengatakan para guru yang telah mengantongi sertifikat pendidik resah setelah terbitnya Permendikbud No 17/2016 yang mengacu pada PP No. 78/2008 tentang Guru.

Guru penerima tunjangan profesi wajib memenuhi rasio siswa minimal yakni jenjang Taman Kanak-kanak (TK) 15:1, jenjang SD-SMA dan sederajat 20:1.

“Misalnya, satu guru SD harus mengajar 24 jam tatap muka dalam sepekan dengan jumlah siswa minimal 20 siswa. Hal ini tak bisa diterapkan di sekolah pinggiran yang jumlah siswanya sangat minim,” kata dia, di sela-sela seminar nasional memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional (HGN) di Best Western Premier Hotel, Solo Baru, Sukoharjo, Selasa (15/11/2016).

Kabar ini menjadi headline halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Rabu (16/11/2016). Selain itu, halaman Soloraya Solopos hari ini juga mengabarkan perayaan HUT Karanganyar, penemuan bayi di Boyolali, dan Korem 074 raih penghargaan upsus ketahanan pangan.

Simak cuplikan kabar halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Rabu:

HUT KARANGANYAR : Anak Ikut Sunatan Massal, Bapaknya yang Pingsan

”Bapakkk… Ibuuu…. Emohhh..,” jerit dan tangis sejumlah bocah lelaki nyaris bersamaan itu terdengar dari salah satu ruangan di kompleks Masjid Agung Kabupaten Karanganyar, pada Selasa (15/11/2016).

Mereka adalah anak-anak yang tengah mengikuti sunatan massal. Di ruang serupa aula itu ada 25 meja yang jadi tempat tidur dan 25 meja untuk meletakkan peralatan medis.

Setiap anak berbaring di meja yang sudah diberi alas kain perlak putih dan cokelat. Petugas mengenakan pakaian batik, baju khaki, maupun jas dokter berdiri di setiap meja. Mereka semua mengenakan masker dan sarung tangan warna putih layaknya hendak mengoperasi pasien.

Sesaat setelah petugas medis mengoperasikan alat itulah sejumlah anak mulai menangis dan menjerit. Salah satu anak lelaki berkopiah putih bahkan mencoba turun dari meja sesaat setelah petugas medis mengoperasi salah satu bagian tubuhnya. Dia menjerit memanggil bapak dan ibunya yang sedang memeluk kepala dan memegangi tangan si bocah.

Lain hal dengan kondisi yang dialami warga Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Wagiman, 36. Dia pingsan sesaat setelah petugas medis menyunat anak lelakinya. Petugas medis dan panitia membawanya ke ruangan lain.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

PENEMUAN BAYI : ”Bayi ini Titipan Saking Gusti Allah”

Sepasang mata perempuan itu berkaca-kaca. Pelanpelan ia peluk tubuh bayi mungil itu penuh kasih sayang. Ia pandangi lagi paras bayi yang bersih itu. Lalu, ia ciumi lagi. Air matanya pun tumpah. ”Ini adalah anugerah. Bayi ini titipan saking Gusti Allah.

Akan saya rawat seperti anak saya sendiri,” ujar Puji Astuti, 45, perempuan itu, kepada Espos di Pondok Bersalin Desa Tanjungsari, Banyudono, Boyolali, Selasa (15/11/2016).

Puji Astuti bukanlah wanita yang melahirkan bayi laki-laki itu. Namun, dialah orang pertama yang menyelamatkan dan menumpahkan kasih sayangnya kepada bayi itu. Kisah itu bermula Senin (14/11/2016) malam selepas waktu Magrib.

Puji bersama suaminya, Juwarso, 46, mula-mula mendengar suara seperti anak kucing mengeong di samping rumahnya di RT 007/ RW 001, Dukuh Randu Kuning, Desa Glintang, Kecamatan Sambi, Boyolali. Suara itu terdengar cukup lama. Ia lantas beranjak dan menuju sumber suara tangisan itu. ”Masya Allah!! Ternyata bayi,” kisah Puji.

Malam itu juga, ia pungut bayi malang itu. Saat dipungut, tubuh bayi masih penuh darah. Tali pusarnya masih menempel utuh. Bayi itu terbungkus tas kresek warna hitam. Bayi seberat 2,5 kg mengigil kedinginan di sebuah selokan. Hanya beberapa sentimeter dari bayi itu, terdapat saluran pembuangan air kamar mandi. ”Saya langsung gendong bayi ini, saya bawa masuk rumah. Baju saya berlumuran darah semua saat itu,” kisahnya dengan urai air mata.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

KONTRIBUSI TNI : Korem 074 Raih Penghargaan Upsus Ketahanan Pangan

Komando Resort Militer (Korem) 074/Warastratama Solo meraih penghargaan dalam Program Upaya Khusus (Upsus) Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Angkatan Darat. Penghargaan tersebut diberikan saat apel Komandan Korem dan Komandan Kodim 2016 seluruh Indonesia di Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD Bandung, Senin (14/11/2016).

Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 074/Warastratama Mayor (Inf) Mantang, mengatakan kerja keras Korem memajukan pertanian di Soloraya membuahkan hasil. TNI AD memberikan penghargaan kepada Korem 074 karena dinilai baik dalam Program Upsus Ketahanan Pangan Tingkat Nasional. “Kami bersyukur dengan penghargaan ini. Kerja keras memajukan pertanian di Soloraya mendapatkan perhatian TNI AD,” ujar Mantang, Selasa (15/11/2016).



Mantang mengatakan kerja keras memajukan pertanian di Soloraya di antaranya dengan pembuatan embung, normalisasi sungai, normalisasi irigasi, pembagian bibit tanaman buahbuahan, dan pemberian pompa hidrolik.  “Kami juga membagikan sejumlah bibit buah-buahan untuk ditanam di wilayah Soloraya secara gratis,” kata dia.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya