SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Senin, 28 Agustus 2017.

Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini membahas tragedi racun kutu yang terjadi di Boyolali.

Solopos.com, SOLO – Niat membasmi kutu rambut malah berakhir menjadi tragedi. Dua nyawa melayang dalam tragedi tersebut, sedangkan dua korban lainnya masih dirawat secara intensif. Diduga cairan yang dipakai untuk membasmi kutu adalah cairan yang biasa digunakan untuk membasmi serangga.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Berita mengenai tragedi racun kutu menjadi headline Halaman Soloraya Harian Umum Solopos, Senin (28/8/2017). Selain itu ada berita tentang Pesta Rakyat Baturetno 2017 dan berita tentang ojek online di Klaten dibatasi 150 pengendara.

Berikut ini cuplikan berita Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Senin 28 Agustus 2017;

TRAGEDI RACUN KUTU: Korban Diduga pakai Insektisida

Penggunaan cairan yang biasa dipakai untuk membasmi serangga diduga menjadi penyebab empat warga Kiringan, Boyolali, keracunan saat membasmi kutu rambut.

Akibat penggunaan cairan yang diduga sejenis insektisida pada kepala itu membuat dua di antara korban meninggal dunia.

Hal tersebut dikuatkan dengan hasil pemeriksaan oleh polisi terhadap dua kaleng berisi cairan yang dipakai keluarga korban untuk membasmi kutu rambut.

Kapolres Boyolali, AKBP Aries Andhi, melalui Kasatreskrim, AKP Miftahul Huda, membenarkan adanya bukti cairan untuk membasmi serangga yang digunakan keluarga asal Dukuh Kedung Ombo, Kelurahan Kiringan, Boyolali Kota itu guna membasmi kutu rambut. Insektisida tersebut dibawa polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut. ”Iya benar [keluarga korban menggunakan obat pembasmi serangga],” ujar Miftahul Huda menjawab pertanyaan wartawan, Minggu (27/8).

Simak selengkapnya: http://epaper.solopos.com/

KESENIAN TRADISIONAL: Menjaga Tradisi dengan Lesung Saradan

Meski sudah berusia 64 tahun dan giginya tinggal satu, Mbah Sastro Supartini tetap semangat memainkan alu (kayu panjang untuk menumbuk padi) pada lesung. Ia tak ingin kalah dengan empat perempuan lainnya yang lebih muda. Dalam grup musik tradisional Lesung Saradan itu, Mbah Sastro memegang kempyang yakni alu yang ringan.

Sementara rekannya, Sarijem dan Larmi, memainkan sepak jaran. Sesekali kedua alu yang dipegang kedua perempuan itu dibenturkan. Rekan lainnya lagi, Sri Rejeki, memainkan alu sebagai gong dalam tumbukan pada lesung. Endah Laras memainkan alu sebagai gejok. Kelima alu itu ditumbukkan dalam satu lesung diiringi suara merdu lima penyanyi muda, yakni Lia, Novita, Widyawati, Asih Winasih, dan Sriyani.

Kesenian tradisional itu mereka bawakan saat menghibur ratusan warga Baturetno di acara Pesta Rakyat Baturetno 2017 di sekitar Tugu Monas, Batu Lor, Baturetno, Sabtu (26/8) sore. Mereka menyajikan alunan musik apik dari tumbukan alu pada lesung itu. Selama satu jam, mereka membawakan tembang Lesung Jumeneng,  Prau Layar, Ilir-Ilir,  Lumbung Desa,  Suket Teki, dan Cublak-cublak Suweng. Aksi mereka mendapat apresiasi penonton yang memadati lokasi acara. Sejumlah penonton tampak merekam acara dengan gawai, tepuk tangan, berswafoto, hingga menyawer (memberi uang) kepada para pemain lesung.

Simak selengkapnya: http://epaper.solopos.com/

JASA ANGKUTAN: Klaten Batasi Ojek Online 150 Pengendara

Dinas Perhubungan (Dishub) Klaten mewacanakan pemberlakuan kuota jumlah pengemudi ojek dalam jaringan (daring) atau online sebanyak 150 pengendara. Hal itu dimaksudkan agar tidak mematikan ojek pangkalan.

Sekretaris Dishub Klaten, Sudiyarsono, mengatakan wacana pembatasan itu juga menunggu kesepakatan antara ojek pangkalan dan ojek daring dalam pertemuan pekan ini. Pembatasan dilakukan lantaran Dishub Klaten tidak memiliki aturan yang memadai soal pemberian atau pelarangan ojek daring.

”Dishub hanya memfasilitasi. Kami membatasi dengan angkutan yang ada. Kami kendalikan jumlahnya,” kata dia, saat ditemui wartawan di Desa Gemblegan, Kalikotes, Minggu (27/8).

Angka 150, menurut Sudiyarsono, mengacu pada jumlah ojek pangkalan yang beroperasi di Klaten. Misalkan, di Klaten ada 2.000 pengendara ojek pangkalan, jumlah ojek daring maksimal 10% dari ojek pangkalan. ”Kami batasi jangan lebih dari 150 [pengendara],” tutur dia.

Simak selengkapnya: http://epaper.solopos.com/

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya