SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Rabu. 16 Juli 2014

Solopos.com, SOLO – Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Rabu (16/7/2014) memberitakan dinamika politik di daerah. Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Aidul Fitriciada Azhari mengatakan konfigurasi politik antara pusat dan daerah tidak sama.

Simak rangkumannya berikut;

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

DINAMIKA POLITIK: Koalisi Permanen di Daerah Diragukan

Koalisi Permanen Merah Putih yang dibentuk partai politik pendukung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, diragukan berjalan efektif di level daerah.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Aidul Fitriciada Azhari, saat dihubungi Espos, Selasa (15/7), mengatakan konfigurasi politik antara pusat dan daerah tidak sama.

Menurut dia, koalisi permanent itu tidak akan terjadi di daerah. Ketika dihadapkan pada pemilihan kepala daerah (pilkada), terang dia, koalisi yang terjadi di daerah pasti berbeda. “Sistem politik Indonesia tidak menggunakan system parlementer, melainkan menganut sistem presidensial. Dalam sistem politik presidensial tidak mengenal koalisi permanen. Barangkali ide koalisi permanent boleh dikatakan ide kreatif. Tetapi saya sangsi koalisi itu bisa berjalan efektif karena tidak sesuai dengan karakter presidensial,” beber Aidul.

(Baca Juga: Koalisi Permanen di Klaten Disangsikan, Koalisi Permanen Prabowo-Hatta Diprediksi Tidak Tahan Lama)

LARANGAN BERJUALAN: Satpol PP Ancam Pidanakan Pedagang

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Solo siap mengambil langkah tegas terhadap para pedagang bermobil yang nekat berjualan di Alunalun Utara (Alut) Keraton Solo. Satpol PP mengancam akan menyeret pedagang bermobil ke jalur hukum.

“Saya sebenarnya sudah gemreget dengan pedagang tersebut. Mereka masih saja membandel meski kami rutin menggelar razia. Jika mereka masih nekat menggelar dagangan di Alut, kami akan membawa ke pro justicia [jalur hukum],” ujar Kepala Satpol PP Kota Solo, Sutarjo, saat dihubungi Espos, Selasa (15/7).

Tindakan tegas Satpol PP untuk membawa pedagang bandel ke jalur hukum tersebut, menurut Sutarjo tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. “Rencananya kami mengggelar razia lagi seusai lebaran. Jika masih nekat kami bawa ke jalur hukum,” tandasnya.

SERBA-SERBI RAMADAN: Berburu Barang Kebutuhan Lebaran Berharga Miring

Gedung Sunan Pandanaran, Klaten, ramai dipadati pengunjung, Selasa (15/7) siang. Pengunjung pun beragam, antara lain para pelajar SMP dan SMA, mahasiswa, dan ibuibu. Ada yang hanya sekadar cuci mata, tapi ada juga yang sengaja membeli untuk kebutuhan Lebaran.

Pameran yang menawarkan buku dan busana muslim murah itu banyak dikunjungi warga karena harga yang ditawarkan cukup murah. Barang yang dijual juga beragam, mulai kebutuhan untuk Lebaran seperti pakaian, mukena, sarung, kerudung, makanan, bukubuku, dan hiasan kerudung.

Pameran yang dibuka pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB itu menawarkan barang-barang dengan harga murah. Bahkan ada buku yang dijual dengan harga Rp1.000. Selain itu, ada juga berbagai kerudung, peci, baju koko, mukena, dan pakaian. Harga yang ditawarkan juga murah, seperti rok untuk perempuan dewasa dijual senilai Rp50.000, kemeja dengan harga Rp65.000, dan mukena seharga Rp80.000.

PERSIAPAN LEBARAN: Dinkes: Sopir Mengemudi Maksimal 6 Jam

Para pengusaha angkutan khususnya bus antarkota antarprovinsi (AKAP) diminta menyediakan sopir cadangan selama melayani para pemudik pada Lebaran tahun ini.

Keberadaan sopir cadangan itu untuk mengantisipasi jika sopir utama kelelahan. Hal itu disampaikan Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Didik Haryanto, di sela-sela pemeriksaan kesehatan para sopir serta pengecekan kondisi bus di Terminal Pilangsari, Sragen Selasa (15/7).

“Untuk jarak jauh kami memberi masukan agar ada sopir cadangan karena tingkat ketahanan seseorang sangat terbatas,” jelas dia. Didik menguraikan idealnya para sopir mengemudi maksimal selama enam jam. Lebih dari itu, imbuh Didik, sopir justru dikhawatirkan bakal mengancam keselamatan para penumpang.

“Maksimal orang bekerja termasuk mengemudi itu ya empat sampai enam jam. Makanya jangan mengemudi lebih dari enam jam karena sudah mulai kelelahan,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya