SOLOPOS.COM - Halaman Soloraya Harian Umum Solopos edisi Selasa, 2 Desember 2014

Solopos.com, SOLO – Pengusaha karaoke di Gunung Kemukus, Pendem, Sumberlawang, Sragen, keberatan dengan rencana pembongkaran rumah-rumah karaoke. Mereka berharap diberi izin beroperasi.

Kabar ini jadi berita utama Halaman Soloraya Harian Umum Solopos hari ini, Selasa (2/12/2014). Kabar lain datang dari skandal dugaan pencabulan yang melibatkan PB XIII.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabarnya, Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo menjamin korban kejahatan seksual yang menyeret nama Paku Buwono (PB) XIII, At, dapat melanjutkan sekolah. Namun, dia hanya dapat bersekolah di luar Kabupaten Sukoharjo.

Simak rangkuman berita Soloraya Harian Umum Solopos edisi Selasa, 2 Desember 2014;

KASUS PENGANIAYAAN: Dipicu Lirikan, Dua Pemuda Babak Belur

Dua warga RT 006/RW 004 Dukuh Bolokidul, Desa Taji, Juwiring, Klaten, babak belur setelah dikeroyok puluhan pemuda, Minggu (30/11) petang. Informasi yang berkembang di masyarakat menyebut pelaku pengeroyokan diduga berasal dari salah satu perguruan silat.

Aksi pengeroyokan terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Dua korban luka masing-masing bernama Agus Dwi Setiyanto, 20, dan Aditya Putra Pamungkas, 21. Berdasarkan informasi yang dihimpun Espos, kejadian bermula ketika dua orang berboncengan mengendarai sepeda motor melintas memasuki jalan dukuh yang berdekatan dengan lapangan setempat.

Di saat bersamaan, Agus (salah satu korban pengeroyokan) berniat mendatangi lapangan pukul 17.15 WIB yang tak jauh dari jalan itu untuk bermain sepak bola.

Namun, saat Agus bersama dua orang berboncengan itu berpapasan mereka saling melirik. Diduga tersinggung atas lirikan Agus, dua orang berboncengan itu berkelahi dengan Agus.

Perkelahian tersebut bisa dilerai oleh kakak Agus bernama Hari, 26, dan kedua orang berboncengan itu lantas pergi. (baca: 2 Warga Juwiring Babak Belur Dikeroyok Puluhan Pemuda)

HARI AIDS SEDUNIA: Jangan Ada Diskriminasi Terhadap ODHA

Ratusan orang berkumpul di Bundaran Gladak, Senin (1/12) pagi. Di lengan kiri mereka terdapat pita bewarna merah. Teriakan-teriakan dukungan terhadap para penderita HIV/AIDS mereka gemakan. Itulah aksi solidaritas pegiat dan masyarakat peduli AIDS Solo dalam memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember.

Sebuah lingkaran besar dibuat di area aksi. Sepuluh orang melakukan aksi teatrikal mencerminkan kehidupan penderita HIV/AIDS yang biasa dikenal dengan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dua orang membawa beraneka macam benda yang menunjukkan narkoba seperti suntik dan pil.

Dua orang lainnya membawa celana dalam. Selain itu ada juga beberapa elemen masyarakat seperti, tokoh masyarakat, PNS, dan anak-anak sekolah “Teatrikal itu ingin menunjukkan penyebaran virus HIV/AIDS bisa didapat dari mana saja,” kata seorang peserta aksi, Tri Wahyudi, saat ditemui seusai acara, Senin.

Dalam peragaan tersebut dijelaskan bagaimana adanya diskriminasi lingkungan terhadap ODHA. Wahyu menuturkan di akhir teatrikal sengaja para tokoh masyarakat itu merangkul para ODHA agar bisa ditiru di kehidupan nyata. “Pada kenyataannya memang masih ada fenomena diskriminasi. Sudah saatnya para penderita HIV/AIDS dirangkul dan tidak dijauhkan dari lingkungannya,” ujar Wahyu.

(Baca Juga: Bantuan Global Fund akan Disetop, Pengidap HIV/AIDS Terancam Bayar Obat Sendiri, Laras Hati Kampanyekan Pencegahan AIDS, 5 Bocah Pengidap HIV Belum Tersentuh Pemerintah Solo, Kisah 5 Bocah Pengidap HIV: Tinggal di “Panti Asuhan” Solo, Tiap Hari Konsumsi ARV)

KEJAHATAN SEKSUAL: Disdik Menjamin At Bisa Kembali Bersekolah

Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo menjamin korban kejahatan seksual yang menyeret nama Paku Buwono (PB) XIII, At, dapat melanjutkan sekolah. Namun, dia hanya dapat bersekolah di luar Kabupaten Sukoharjo.

Kepala Disdik Sukoharjo, Bambang Sutrisno, menyampaikan belum ada komunikasi dengan keluarga atau pendamping hukum At.

(Baca Juga: Dugaan Pencabulan PB XIII: Pendidikan Korban AT Dijamin, Kapolres: Kalau Merasa Tidak Berbuat, PB XIII Tes DNA Saja!, Dugaan Pencabulan PB XIII: Korban At Ubah Status dari Ibu Jadi Kakak)

GUNUNG KEMUKUS: Pengusaha Karaoke Berharap Legalitas

Pengusaha karaoke di Gunung Kemukus, Pendem, Sumberlawang, Sragen, keberatan dengan rencana pembongkaran rumah-rumah karaoke. Mereka berharap diberi izin beroperasi.

Seperti disampaikan salah seorang pemilik rumah karaoke, Anik, saat dihubungi Espos melalui ponsel, Senin (1/12). ”Kalau saya hanya buka warung [makan] ya tidak cukup [penghasilan]. Kami mohon tetap diberi kesempatan membuka usaha jasa karaoke,” tutur dia.

Anik mengatakan usaha jasa karaoke nya sudah beberapa hari terakhir tidak beroperasi, menyusul gencarnya pemberitaan di media massa dan penutupan oleh Pemkab. Bahkan sebagian besar pemilik rumah-rumah karaoke di Gunung Kemukus memilih pulang kampung. ”Beberapa hari ini sepi sekali, tutup semua,” imbuh dia.



(Baca Juga: Pemilik Karaoke di Kemukus Menolak Tutup, Kemukus Sepi Sejak Disorot Media, Warga Kelimpungan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya