SOLOPOS.COM - Koran Solopos hari ini edisi Sabtu (24/10/2020) mengulas tentang pembangunan tol Solo-Jogja.

Solopos.com, SOLO–Koran Solopos hari ini edisi Sabtu (24/10/2020) mengulas tentang pembangunan tol Solo-Jogja yang direncanakan ada 5 simpang susun.

Rencana pembangunan jalan tol Sol-Jogja terus bergulir. Di wilayah Klaten rencana proyek strategis nasional itu saat ini masih memasuki tahap identifikasi dan inventarisasi data lahan terdampak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada tiga kabupaten di Jawa Tengah yang bakal dilewati jalan tol Solo-Jogja yakni Kabupaten Karanganyar, Boyolali, dan Klaten. Klaten menjadi wilayah terluas dari rencana jalan tol Solo-Jogja. Sesuai SK Gubernur Jateng No 590/48 tahun 2020 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta tanah untuk pembangunan jalan tol di wilayah Klaten berada di 50 desa/kelurahan tersebar di 11 kecamatan. Total luas lahan terdampak mencapai 3.775.217 meter persegi atau 377,5 hektare (ha). Jumlah bidang terdampak diperkirakan mencapai 4.071 bidang.

Libur Panjang, PT KAI Tambah Perjalanan Kereta Api Hingga 13%

Menjadi daerah terluas, otomatis Klaten menjadi daerah terpanjang yang dilewati jalan tol. Berdasarkan informasi yang dihimpun, dari total panjang jalan tol Solo-Jogja sekitar 35,6 km, sekitar 30 km jalan tol berada di wilayah Klaten.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Mencegah Ponpes Jadi Klaster

Pertengahan Oktober lalu Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Gunung Jati, Kismantoro, Wonogiri kedatangan rombongan tamu. Mereka datang menumpangi dua mobil minibus. Tim meminta masuk ke area Ponpes. Namun, pengurus Ponpes tak bisa langsung memenuhi keinginan mereka. Petugas mengharuskan mereka menjalani deteksi dini infeksi Covid-19 atau screening terlebih dahulu.

Petugas medis klinik Ponpes dipanggil. Petugas lalu mengecek suhu tubuh tamu satu per satu. Salah satu anggota rombongan suhu tubuhnya di atas normal, lebih dari 37,5 derajat celsius. Petugas pun memintanya beristirahat terlebih dahulu di klinik pondok. Setelah suhu tubuhnya turun orang bersangkutan diperbolehkan menjalani kegiatan.

“Setelah semua di-screening, rombongan kami sambut di pendapa pondok. Kami tak membolehkan masuk ke kompleks pondok karena itu sudah menjadi prosedur tetap di pondok kami. Orang tua santri juga tak boleh masuk,” ucap K.H. Sutrisno Yusuf, pimpinan sekaligus pengasuh Ponpes Sunan Gunung Jati, Jumat (23/10/2020).

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Stigma Masih Melekat

Delapan bulan sudah, Pandemi Covid-19 berlangsung. Selama itu pula masyarakat diajak beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kasus yang terus bertambah membuat Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Covid-19 terus kebanjiran pekerjaan.

Salah satunya, pemulasaran jenazah pasien yang meninggal akibat Covid-19. Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Hananto Leo, menjadi salah satu petugas yang menangani jenazah itu sejak dari rumah sakit hingga pemakaman.

Bareskrim Ekspose 8 Tersangka Kebakaran Kejakgung

Meski sudah 8 bulan Pandemi berlangsung, namun sampai saat ini dirinya masih mendapati penolakan pemakaman jenazah pasien Covid-19. Belum lama ini, dirinya diminta membantu pemakaman salah seorang warga asal Kecamatan Laweyan yang meninggal setelah terkonfirmasi positif Covid-19.

“Hasil uji swabnya positif, makanya penanganan menggunakan protokol Covid-19. Tapi, keluarga tidak terima dan menganggap rumah sakit (RS) meng-covid-kan untuk mendapatkan uang,” kata dia, dihubungi Espos, Jumat (23/10/2020).

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Butuh Gerakan Warga Jelang Musim Penghujan

Mayoritas anak sungai wilayah Solo belum siap menampung arus air hujan dan sampah jelang musim hujan. Warga diminta membersihkan sungai supaya tidak terjadi bencana banjir dan longsor.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Espos, Jumat (23/10/2020), sejumlah anak sungai ditumbuhi tanaman liar dan sampah antara lain, anak sungai di Kelurahan Pajang dan sepanjang Jl. Bhayangkara. Sukarelawan dari pegiat sungai, Exotic Animal Lover Solo (Exalos), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo mulai membersihkan sampah.

Salah satu pegiat sungai, Joko Widodo, menjelaskan mayoritas anak sungai ditumbuhi tanaman dan sampah sehingga belum siap jelang musim hujan. Sampah rumah tangga dan rumpun bambu dapat tersangkut tanaman yang tumbuh di dinding talut dan tiang jembatan.

Selengkapnya baca E-paper Solopos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya