SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Senin (8/11/2021).

Solopos.com, SOLO — Berdasar pengamatan visual dari helikopter yang terbang rendah pascabanjir bandang di Kota Batu, terdapat enam alur lembah sungai yang setiap sisinya sangat terjal dan tidak dilindungi oleh vegetasi.

Harian Solopos edisi Senin (8/11/2021) mengangkat headline terkait risiko terjadinya bencana akibat penggundulan lahan dan deforestasi.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Risiko Bencana Membesar

JAKARTA-Banjir bandang di Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (4/11/2021), membuat penggundulan lahan dan deforestasi disorot. Ini sekaligus peringatan bagi Indonesia yang baru saja mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP26 di Skotlandia.

Pembahasan utama KTT itu adalah mengakhiri deforestasi dan menekan emisi gas rumah kaca—isu yang ditolak oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Sedangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banjir bandang di Kota Batu tak hanya dipicu faktor cuaca.

Baca Juga: Update! Korban Meninggal Akibat Banjir Bandang di Kota Batu 7 Orang

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhan mengungkapkan hasil survei udara pascabencana. Dari survei itu, terdapat beberapa data visual yang menunjukkan adanya titik-titik longsor di sepanjang tebing alur lembah sungai di wilayah hulu.

Pengamatan visual dari helikopter yang terbang rendah, lanjutnya, menemukan enam alur lembah sungai yang setiap sisinya sangat terjal. Namun alur tersebut tidak dilindungi oleh vegetasi yang rapat atau yang memiliki akar yang kuat.

Masih di halaman depan, Harian Solopos menyajikan berita terkait pementasan musik keroncong di hall Terminal Tirtonadi Solo.

Sentuhan Keroncong Milenial di Hall Terminal

Ladies anda gentlemen, you are watching Solo Keroncong Festival.” Dengan gerakan mulut khas beatbox, Bilty BdaBx menyambut seratusan penonton yang memenuhi Terminal Tirtonadi Convention Hall, Minggu (7/11/2021) malam.

Nuansa futuristik seakan hadir dari musik mulut Billy yang berpadu dengan visualisasi panggung. Tepuk tangan seraya menggema ketika dia memanggil grup Keroncongisasi untuk bergabung dalam panggung. Keahlian beatbox lelaki yang bernama lengkap Willem Carolus Christopherson Tamnge itu beradu dengan tujuh alat musik yang dimainkan Keroncongisasi.

Baca Juga: Namanya Dijadikan Judul Lagu, Ratu Keroncong Waldjinah Menangis Haru

Siapa sangka, beatbox yang lekat dengan musik hiphop itu mampu memunculkan harmonisasi tersendiri kala dimainkan bersama alat musik khas keroncong. Sebut saja biola, suling, dan kontrabas.

Kehadiran Billy–salah satu perintis lahirnya beatbox di Indonesia–dalam Solo Keroncong Festival (SKF) 2021 seperti menjadi penanda keroncong yang semakin terbuka.

Sementara di halaman Kota Solo, Harian Solopos menyajikan headline terkait adanya intimidasi kepada sejumlah mahasiswa yang selama ini mengawal kasus kematian Gilang Endi Saputra saat mengikuti diklatsar Menwa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Mahasiswa Sempat dapat Telepon Gelap

SOLO-Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo yang mengawal kasus kematian Gilang Endi Saputra sempat mendapatkan teror dari orang tak dikenal.

Teror tersebut berupa telepon gelap yang diduga bersumber dari sikap vokal mahasiswa dalam mendesak pengusutan kasus diklat Korps Mahasiswa Siaga (KMS) Batalyon 905 Jagal Abilawa.

Informasi yang dihimpun Espos, sejumlah figur penggerak aksi protes dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS maupun Aliansi Mahasiswa UNS sempat mendapatkan telepon dari orang yang tak dikenal. Teror tersebut muncul saat mahasiswa mulai menggelar aksi solidaritas untuk Gilang pada akhir Oktober 2021.

Baca Juga: Mahasiswa UNS Solo 3 Jam Negosiasi dengan Pejabat Kampus soal Menwa

Salah seorang yang mendapat telepon gelap adalah Ketua BEM UNS, Zakky Musthofa Zuhad. “Saya beberapa kali dikontak orang yang enggak ada identitasnya. Saat saya angkat, dia hanya tertawa keras. Setelah itu ditutup,” ujar Zakky saat berbincang dengan Espos, Minggu (7/11/2021).

Zakky mengatakan sejumlah mahasiswa lain yang vokal terhadap kasus KMS Resimen Mahasiswa (Menwa) juga mendapatkan teror sama. Ia menilai perlakuan tersebut mengarah ke intimidasi meski tidak ada ancaman yang diberikan secara langsung pada mahasiswa.

“Telepon gelap selalu muncul sebelum dan sesudah ada aksi,” ujarnya. Meski demikian Zakky menyebut teror berangsur reda seiring pengungkapan kasus kekerasan dalam Diklat Menwa oleh kepolisian. “Sekarang sudah enggak ada,” ujar dia.

Baca Juga: Tuntut Kejelasan Kasus Menwa, Mahasiswa UNS Solo Geruduk Rektorat

Zakky mendorong mahasiswa saling menjaga apabila teror maupun intimidasi kembali berlanjut. “Kita harus terus speak up dan mendukung yang lain melakukan hal sama agar suara kebenaran bisa lebih besar dan intimidasi,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum UNS itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya