SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Senin (6/12/2021).

Solopos.com, SOLO – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) beralasan tingkat kegempaan yang normal dan kabut yang menghalangi upaya pemantauan visual aktivitas Gunung Semeru membuat erupsi yang terjadi, Sabtu (4/12/2021), tidak dapat diprediksi.

Harian Solopos edisi Senin (6/12/2021) mengusung headline terkait perlunya mitigasi bencana erupsi gunung berapi untuk mencegah terjadinya korban jiwa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pekerjaan Besar Mitigasi Erupsi

JAKARTA-Letusan besar Gunung Semeru telah menyebabkan 14 orang meninggal dunia dan ribuan orang terdampak. Mitigasi letusan gunung api-yang aktivitasnya selalu terpantau sejak awal-menjadi sorotan.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) beralasan tingkat kegempaan yang normal dan kabut yang menghalangi upaya pemantauan visual aktivitas Gunung Semeru membuat erupsi yang terjadi, Sabtu (4/12/2021), tidak dapat diprediksi.

“Kebetulan kemarin pemantauan visual ditutup kabut sehingga tidak bisa dipantau dengan pandangan kasat mata dan aktivitas kegempaan juga seperti biasa,” ujar Kepala PVMBG Andiani kepada Bisnis Indonesia, Minggu (5/12/2021).

Baca Juga: Foto-Foto Warga Korban Erupsi Gunung Semeru Selamatkan Barang & Ternak

Pengamatan yang dilakukan PVBMG, kata dia, menggunakan dua metode. Pertama, secara visual baik kasat mata maupun via teknologi CCTV. Kedua, menggunakan alat-alat pendeteksi di sekitar lokasi gunung.

Kendati demikian, katanya, PVBMG telah memberikan sejumlah informasi kepada pihak-pihak terkait lainnya mengenai hasil pengamatan rutin aktivitas Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.

Dia menjelaskan guguran awan panas sudah muncul sejak beberapa pekan sebelum erupsi dengan intensitas kecil. Dari sisi kegempaan, Andiani menyebut aktivitas Semeru tidak terlalu tinggi.

Baca Juga: Kirim 9 Personel, IOF Jateng Dirikan Dapur Umum di Lereng Semeru

“Sehingga belum ada peringatan dini yang kami keluarkan. Namun, ternyata kemarin kejadiannya terjadi cukup besar,” ujarnya.

Andiani menyatakan masih adanya potensi guguran lava susulan di Gunung Semeru pascaerupsi Sabtu. Namun, dia tidak dapat memastikan kapan kemungkinan itu terjadi. Andiani meminta agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati.

“Potensi masih ada erupsi susulan awan panas, guguran. Berapa besar dan jauh, kita sulit [menjelaskan], potensi juga masih ada,” kata dia.

Masih di halaman depan, Harian Solopos menyajikan headline terkait 41 pelajar di Sukoharjo yang terjangkit HIV/AIDS.

41 Pelajar Terjangkit, Alarm HIV/AIDS dari Sukoharjo

SUKOHARJO—Sebanyak 41 pelajar di Sukoharjo dinyatakan terjangkit HIV/ AIDS pada 2021. Ini menjadi alarm yang mengingatkan kembali rentannya kelompok pelajar terpapar penyakit yang hingga kini belum bisa benar-benar disembuhkan itu.

Persebaran penyakit HIV/AIDS di Sukoharjo terus mengalami tren peningkatan setiap tahun. Data penularan HIV/AIDS di Sukoharjo tersebut diungkapkan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, ketika berbincang dengan Solopos.com melalui sambungan telepon Minggu (5/12/2021).

Dia menuturkan sepanjang pendataan yang dilakukan oleh Dinkes Sukoharjo, hingga 2021 tercatat sebanyak 727 orang terdeteksi positif HIV/AIDS. Jumlah tersebut terdiri atas 372 orang yang positif HIV dan 355 orang positif AIDS.

Baca Juga: 70 Temuan Baru Kasus HIV/AIDS Sukoharjo 2021, Separuhnya dari Kaum Gay

“Kalau melihat dari data memang trennya itu terus meningkat. Tetapi perbedaannya adalah yang ditemukan HIV itu lebih tinggi dari AIDS. Jadi deteksinya lebih cepat dan untuk menekan penyakit tersebut masih bisa segera dilakukan agar virus tidak segera tersebar dengan cepat di tubuh yang terjangkit,” ungkap Yunia.

Menurut Yunia, pendataan warga yang terjangkit HIV/AIDS masih diklasifikasikan berdasarkan sejumlah indikator. Berdasarkan usia, dia menilai warga yang paling banyak terjangkit berada di usia produktif, yaitu 20 tahun hingga 30 tahun sebanyak 218 kasus. Berikutnya kelompok warga berusia 30-40 tahun sebanyak 219 kasus.

Sedangkan berdasarkan pekerjaan, kalangan karyawan menjadi yang terbanyak dengan 235 kasus. “Kemudian ada dari kalangan wiraswasta dan buruh serabutan yang juga tinggi angka yang terdeteksi positif,” ungkap dia.

Baca Juga: Waduh! 41 Pelajar Sukoharjo Terdeteksi Kena HIV/AIDS

Yang mengejutkan, kata Yunia, berdasarkan temuan Dinkes Sukoharjo, di antara kalangan usia produktif yang terjangkit HIV/AIDS, terdapat puluhan pelajar. Dia mengungkapkan 41 pelajar terdeteksi terjangkit penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu.

Yunia menilai rata-rata pelajar yang terjangkit itu disebabkan gaya hidup seks bebas yang berisiko.



Di halaman Soloraya, Harian Solopos menyajikan headline terkait kondisi infrastruktur di Kota Solo yang belum ramah difabel.

Infrastruktur Vital Belum Ramah Difabel

SOLO-Sekretariat Bersama (Sekber) Difabel Soloraya menganggap sejumlah fasilitas umum penting di Kota Solo belum ramah difabel.

Pembangunan flyover yang belakangan gencar dilakukan menjadi salah satu contoh infrastruktur yang malah menyulitkan mobilitas ditabel. Sekber mendorong suara disabilitas didengar dalam penyusunan program pembangunan.

Hal itu disampaikan Koordinator Sekber Difabel Soloraya, Koko Prabu, saat ditemui Espos dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di rumah aktivis difabel, almarhum Sapto Nugroho, di Baturan, Colomadu, Jumat (3/12/2021).

Baca Juga: Tokoh Difabel Kota Solo Dorong Kesetaraan Akses Pekerjaan

Koko mengatakan pembangunan fasilitas umum yang belum ramah difabel masih menjadi perhatian kalangan disabilitas. Menurut Koko, pembangunan flyover Manahan dan flyover Purwosari justru semakin membatasi aksesibilitas difabel.

“Sebelum ada flyover, difabel berkursi roda atau yang memakai kruk masih bisa melalui kawasan itu secara mandiri. Sekarang mereka harus keluar uang untuk menyewa taksi online,” ujar Koko.

Pihaknya mengatakan tak semua difabel daksa memiliki motor modifikasi untuk menunjang mobilitasnya. Dan pantauannya, motor modifikasi pun masih riskan apabila melalui flyover jika dikendarai ditabel lansia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya