SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Senin (17/4/2022).

Solopos.com, JAKARTA — Rencana penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, liquid petroleum gas (Elpiji) 3 kg, serta tarif dasar listrik dikritik. Pemerintah diminta mencari jalan tengah, kalau perlu menunda proyek pembanqunan ibu kota negara (IKN).

Pemerintah memang ingin mengurangi beban anggaran serta menjaga likuiditas BUMN (Pertamina dan PLN). Namun, kenaikan harga juga memiliki efek domino melonjakkan inflasi yang akhirnya mengikis daya beli. Padahal, permintaan BBM dan listrik sedang naik seiring mulai pulihnya ekonomi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Agresi Rusia di Ukraina yang memicu sanksi embargo minyak berbagai negara menyebabkan terganggunya pasokan minyak mentah global sebesar 1,2-4,5 juta barrels of oil per day (BOPD). Hal ini mengakibatkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) meningkat lebih dan US$100 per barel.

Baca juga: Konsumsi BBM dan LPG di Soloraya Meningkat, Ini Kesiapan Pertamina

Bahkan ICP pada Maret 2022 mencapai US$113,5 per barel. Kementerian ESDM mengklaim kenaikan harga minyak dunia membebani APBN akibat membengkaknya subsidi serta kompensasi BBM dan Elpiji. Selain berat di anggaran, semakin besar subsidi ini juga menyusahkan BUMN, terutama Pertamina dan PLN yang harus menanggung lebih dulu selisih harga jual dengan harga keekonomian.

Hingga saat ini, Pemerintah memiliki utang kepada Pertamina dan PLN senilai Rp109 triliun. Utang ini adalah kewajiban pembayaran kompensasi atas subsidi energi hingga akhir tahun lalu. Nilai utang itu terdiri atas utang kompensasi 2020 sebesar Rp15,9 triliun dan 2021 sebesar Rp93,1 triliun.

Sisa kewajiban kompensasi untuk harga jual eceran (HJE) BBM kepada Pertamina sebesar Rp68,5 triliun. Besaran kompensasi yang harus dibayar pemerintah kepada Pertamina, menurut Vice President of Corporate Communication, Fajriyah Usman, mengikuti harga keekonomian. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Senin (16/3/2022).

Menyambut Dream Theater

SOLO — “If I die tomorrow. I’d be all right. Because I believe. That after we’re gone, the spirit carries on.” Refrain lagu The Spirit Carries On itu paling kerap diucapkan para penggemar Dream Theater yang hafal liriknya di luar kepala. Death is not the end, but only a transition, kematian bukanlah akhir, tetapi hanya transisi.

Begitu inti pesan salah satu lagu paling populer yang pernah dirilis oleh John Petrucci dkk. itu. Selain linknya yang sejalan dengan keyakinan religius banyak orang tentang kehidupan dan kematian. Lagu itu enak didengar bagi orang yang tak mengerti bahasa Inggris sekalipun.

Lagu itu dirilis pada 1999 dan sampai hari ini masih diputar melalui berbagai platform, termasuk radio analog. Kebanyakan penggemarnya adalah generasi milenial, lebih khusus mereka yang tumbuh di era 1990-an. Tak heran jika mereka memiliki kenangan khusus dengan meliuknya suara gitar Petrucci setelah refrain itu.

Baca juga: Dream Theater Konser di Solo Agustus 2022, Begini Reaksi Penggemar

Ingatan itu juga merebak saat Dream Theater dikabarkan akan menggelar konser di Kota Solo. Rencana konser pada Agustus 2022 itu memang, masih banyak menyisakan teka-teki. Belum jelas di mana lokasi konser akan digelar, bagaimana mendapatkan tiketnya, dan yang paling penting berapa harganya.

Setitik kabar itu sudah mampu membuat sebagian warga Solo bergairah. Maklum, Solo adalah salah satu kota yang menjadi rumah bagi para penggemar musik metal dan rock era 1990-an. “Saya sangat mendukung konser Dream Theater di Solo. Ini bisa menjadi titik balik di mana Solo pada 1980 hingga 1990-an turut berkiprah di dunia musik Tanah Air. Saat itu banyak sekali pertunjukan musik,” kata pegiat sejarah Solo, Dani Saptoni, Minggu(17/4/2022).

Dani mengaku sudah lama menggemari musk metal dan rock. Dia pun berencana menonton secara langsung konser Dream Theater di Solo kendati belum tahu berapa harga tiket menontonnya. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Senin (16/3/2022).

Ada yang Setuju, Ada yang Tolak

SOLO — Tawaran Pemerintah Kota (Pemkot) membuka mal hingga tengah malam memantik beragam reaksi dari tenant di Solo Square Solo. Ada yang setuju, ada pula yang tidak. Pengelola tenant kuliner, Xie Xie Boba, di Bengawan Food Court, Solo Square, Isnaya, 26, menyambut baik wacana tersebut.

Semakin panjang jam buka maka pemasukannya juga bertambah banyak. “Sebagai pelaku usaha, kami tentunya senang. Pengunjung akan semakin ramai berdatangan, kami usahakan untuk mempersiapkan bahan baku sampai tenaga kerja,” ucapnya saat dihubungi Solopos, melalui sambungan telepon, Minggu (17/4/2022) sore.

Pendapat berbeda dikemukakan pramusaji di salah satu tenant kuliner di Bengawan Food Court, Risna Asri, 25. Dia keberatan apabila mal buka selama sampai tengah malam mengingat dia hanyalah seorang, karyawan. “Saya sebagai waiters di sini keberatan, kerja di mal lumayan menguras energi.

Baca juga: Respons Anggota DPRD Soal Wacana Mal di Solo Buka hingga Tengah Malam

Walaupun akan di-rolling dengan karyawan lain, tetap saja waktu istirahat itu yang paling utama,” ucapnya saat dihubungi Solopos. Pengelola tenant fashion Mystyle di lantai Il, Yasinta, 30, mengaku senang jam buka mal lebih lama karena akan semakin banyak pengunjung.

Namun, dia juga waswas karena saat ini masih dalam masa pandemi. “Senang sebenarnya kalau jadi buka sampai tengah malam, pasti pengunjung akan lebih leluasa. Tapi, yang jadi pertanyaannya apakah hal itu tidak menimbulkan kerumunan semakin banyak. Padahal ini kan masih dalam masa pandemi,” ungkapnya melalui pesan suara kepada Solopos. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Senin (16/3/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya