SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Kamis (21/4/2022).

Solopos.com, SOLO — “Kita bangga dengan sarpras olahraga. (Tetapi) kami harapkan (adanya) gedung. Gedung olahraga yang megah. Ke depannya warga tidak hanya sebagai penonton,” kata Mugiyarso. Ketua salah satu RW di Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, itu melihat deretan fasilitas olahraga berstandar internasional tak bisa dimanfaatkan warga sekitar.

Ada sejumlah lapangan sepak bola yang bagus, tetapi anak-anak hanya bermain di jalanan. “Kami (ingin) bisa merasakan, berpartisipasi, diberikan askes bermain seperti dulu. (Seperti) dulu ada tarkam. (Sekarang) anak-anak main bola di jalan. Sarpras olahraga ada, tetapi tidak boleh masuk,” kata dia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai calon tuan rumah Piala Dunia U-20, Solo memiliki fasilitas latihan yang sangat memadai. Harapan Mugiyarso sederhana, yaitu agar Pemkot Solo membuka akses terhadap fasilitas olahraga untuk masyarakat sekitar. Keresahan Mugiyarso hanya satu dari sekian harapan yang ingin disampaikan masyarakat Solo jika mereka mendapatkan kesempatan berbicara. Masukan tersebut disampaikan di Pendapi Gede Balai Kota Solo, Selasa (19/4/2022) sore.

Baca juga: Refleksi 1 Tahun Gibran-Teguh: Masyarakat Solo Ngudarasa

Salah satu pewarta foto Solo yang hadir, Yoma, mengatakan event kebudayaan dan pariwisata Solo cenderung monoton. Menurutnya, event budaya di Solo butuh penataan dan perhatian khusus Pemkot Solo agar mampu menarik minat wisatawan. Saat ini, kata dia, barometer kesuksesan event di Kota Solo mash sekedar mendatangkan keramaian.

”Salah satu usulan saya, untuk event di Kota Solo, alangkah eloknya semua event itu berbayar. Dikasih gratis tidak ada apresiasi kepada seniman, kalau berbayar walau Rp1.000 itu bentuk apresiasi kepada yang manggung. Pelaku event mereka punya tanggung jawab kepada penonton,” kata dia.

Ketua DPC PPP Kota Solo, Edi Jasmanto, memberikan masukan ihwal rencana pembangunan akses menuju RSSUD Ibu Fatmawati (Ngipang) saat masa kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) yang kini terhenti. Edi berharap Pemkot Solo menyediakan akses menuju RSUD itu. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Kamis (21/4/2022).

Dor! Akhir Pelarian Polisi Terduga Pemeras

SOLO — Tim Resmob Satreskrim Polesta Solo menangkap lima anggota komplotan pelaku pemerasan di Makam haji, Kartasura, Sukoharjo, Selasa-Rabu (19-20/4/2022). Salah satu dari terduga komplotan yang ditembak adalah PS, 26, anggota Polres Wonopiri berpangkat bripda.

Penangkapan PS dan anggota kelompok lainnya pada Rabu sore itu diwarnai drama penembakan. Sempat terjadi aksi kejar-kejaran dan penembakan yang menyebabkan Bripda PS terluka sehingga kini dirawat di rumah sakit. Upaya penangkapan komplotan tersebut bermula dan kasus pemerasan yang dilaporkan oleh warga berinisial WP, 66.

Baca juga: Dramatis! Penembakan Dokter Terduga Teroris Sukoharjo Bak Film Action

Laporan itu disampaikan WP kepada Polresta Solo pada Senin (18/4/2022). Dalam laporan itu, warga Kampung Bratan, Pajang, Laweyan, Solo, itu melaporkan kasus pemerasan yang dilakukan sekelompok orang kepadanya. Aparat Polresta Solo kemudian melakukan penyidikan terkait kasus tersebut.

Dalam rangka penyidikan, Tim Resmob Satreskrim Polresta Solo berupaya menangkap para terduga pelaku pemerasan di kompleks permakaman Pracimaloyo, Makamhaji, Kartasura, Selasa sore pukul 16.20 WIB. Ketika dikejar, komplotan tersebut melawan dengan menabrakkan mobil Xenia ke arah mobil dan sepeda motor petugas yang mengejar. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Kamis (21/4/2022).

Klewer, Panggung Karya Puan

SOLO — Selama puluhan tahun, Pasar Klewer Solo menjadi tempat para pedagang kain mengadu peruntungan. Di tempat ini, ada 2.500 orang yang berjualan saban hari. Yang unik, mayoritas pedagang di Klewer adalah perempuan. Menurut petugas Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Solo, Yuni Wulandari, 59, jumlah pedagang laki-laki di pasar itu hanya sekitar 2%.

Mereka merupakan generasi kedua dan ketiga. “Seperti yang saya alami. Dulu kios ini milik ibu saya, lalu saya lanjutkan,” kata dia saat ditemui Solopos, Selasa (19/4/2022). Yuni mengaku sejak masih kuliah sudah senang dan sering menemani sang ibunda berjualan di Pasar Klewer.

Namun, baru pada 1985 atau setelah sang ibunda meninggal, dia melanjutkan usaha di pasar tersebut. Dari sekian saudaranya, Yuni yang belum juga mendapatkan pekerjaan setelah mengajukan lamaran ke sana ke mari. “Mungkin saya yang mampu waktunya, ada waktu luang. Nglamar kerja ke mana-mana tetap saja tidak dapat. Akhirnya ibu bilang, ya sudah kamu bantu di Klewer. Setelah berkeluarga dan punya anak, saya langsung masuk Klewer,” kata dia.

Baca juga: Jelang Lebaran, Pakaian Ini yang Diburu Pembeli di Pasar Klewer Solo

Sebagai perempuan yang telah 37 tahun berjualan di Pasar Klewer, Yuni mengaku tak mempunyai pengalaman yang buruk. Semua rekan kerjanya relatif bersahabat. Terlebih mayoritas dari para pedagang di pasar itu juga kaum Hawa. Yuni bersyukur karena lingkungan keluarga dan para tetangganya, tidak ada yang bersikap tidak baik.

Ketika sebagian perempuan dalam rundungan stigma kanca wingking, Yuni tak merasakan hal itu. “Jiwa dagang saya ada. Ibu saya tidak melarang, tapi malah mendukung, termasuk suami saya. Asal kodrat saya sebagai ibu tidak terlupakan, saya lakukan,” urai dia.

Dari penuturan para pedagang lain di Pasar Klewer, menurut Yuni, relatif tidak ada masalah dengan mayoritas perempuan di tempat itu. Bilapun ada larangan berjualan bagi perempuan, misalnya, dia menduga alasan suami melarang karena kebutuhan sudah tercukupi. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Kamis (21/4/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya