SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Rabu (28/9/2022).

Solopos.com, SOLO — Pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang masih rendahnya startup atau perusahaan rintisan memanfaatkan teknologi di sektor pertanian mendapat respons beragam dari berbagai kalangan di Soloraya. Mereka menilai butuh jembatan untuk membuka peluang besar itu.

Presiden menjelaskan startup di sektor agriculture atau pertanian masih di angka 4% atau jauh lebih sedikit diminati dibanding sektor lain. Padahal, menurut Jokowi, hal itu merupakan peluang besar ditambah pertimbangan pengguna Internet di Tanah Air.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jokowi menilai hal itu merupakan peluang besar yakni menggerakkan startup di bidang pangan dengan pendekatan teknologi informasi. Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS), Eddy Tri Haryanto, mengatakan usaha sektor pangan selalu menyimpan potensi besar.

“Kalau bicara potensi bisa dilihat kasat mata. Pangan adalah kebutuhan pokok. Kemudian negeri kita ini sudah dikenal negara agraris, tapi kenapa anak mudanya tidak mau bergerak di bidang pertanian? Sebab dinilai kurang menjanjikan,” kata Eddy yang juga Manager Inkubator Bisnis Pusat Pengembangan Kewirausahaan (PPKwu) Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Sebelas Maret (LPPM UNS), saat dihubungi Solopos, Selasa (27/9/2022).

Baca juga: Ditantang Bikin Startup oleh Presiden, Petani Muda Sukoharjo Butuh Akademisi

Menurutnya, harus ada intervensi dari pemegang kebijakan dalam hal ini pemerintah. “Ketika presiden telah membuat pernyataan seperti itu mestinya menteri-menteri yang terkait betul-betul membuat gerakan tentang startup di bidang pertanian itu,” lanjut dia.

Eddy mengatakan persoalan besar sektor pertanian di Indonesia adalah masalah pasar. Ini dia lihat dari tren persaingan produk pertanian dalam negeri cenderung selalu kalah dengan produk pertanian luar negeri alias impor. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Rabu (28/9/2022).

PLN Batalkan Program Kompor Listrik

JAKARTA — PT PLN (Persero) membatalkan program pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik. Langkah ini dilakukan guna menjaga kenyamanan masyarakat dalam pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

“PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan. PLN hadir untuk memberikan kenyamanan di tengah masyarakat melalui penyediaan listrik yang andal,” ujar Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo. PLN juga memastikan tarif listrik tidak naik.

Penetapan tarif listrik ini telah diputuskan Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Tidak ada kenaikan tarif listrik. Ini untuk menjaga peningkatan daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas ekonomi,” ucap Darmawan.

Baca juga: PLN Batalkan Program Kompor Listrik

Selain itu, PLN juga memastikan tidak ada penghapusan golongan pelanggan dengan daya 450 Volt Ampere (VA). Daya listrik 450 VA juga tidak akan dialihkan menjadi 900 VA sehingga tarifnya tetap sama untuk masing-masing golongan.

“Keputusan pemerintah sudah sangat jelas. Tidak ada perubahan daya dari 450 VA ke 900 VA dan PLN siap menjalankan keputusan tersebut. PLN tidak pernah melakukan pembahasan formal apapun atau merencanakan pengaliban daya listrik 450 VA ke 900 VA. Hal ini juga tidak ada kaitannya dengan program kompor listrik,” tegas Darmawan. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Rabu (28/9/2022).

Pergi Awal Tetap Lebih Lambat

SOLO — Sejumlah pelaju asal Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo harus mengubah jam keberangkatan mereka menuju Solo. Mereka harus berangkat lebih awal, setengah hingga satu jam untuk menghindari kemacetan di kawasan jembatan Jurug, Solo.

Namun, perjalanan mereka tetap lebih lama, rata-rata 30 menit saat melintasi kawasan yang macet. Saat ini, para pekerja dan kontraktor mulai membongkar struktur jembatan.

Aktivitas pembongkaran terlihat mulai Senin (26/9/2022). Elia Astriyana, 20, mahasiswa Solo asal Kelurahan Cangkol, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, misalnya. Elfa harus mengubah jam keberangkatannya ketika kuliah menjadi satu jam lebih awal.

Baca juga: Jembatan Sasak Bengawan Solo Tak Hanya Dongkrak Ekonomi tapi Bikin Guyub Warga

Saat kuliah pagi pukul 09.30 WIB, Elfa biasanya berangkat pada pukul 09.00 WIB. Namun, saat ini, Elfa harus berangkat pukul 08.00 WIB.

“Aku misal dulu berangkat pukul 09.00 WIB masih bisa. Sekarang untuk cari aman berangkat kuliah 08.00 WIB,” kata dia saat ditemui Solopos di kampusnya. Ketika masa uii coba pemberlakuan dua arah, Elfa memilih melintasi jembatan Jurug kecil atau Jurug A.

Sekarang, jembatan Jurug A ditutup. Mau tak mau ia harus melintas di jalur yang telah disediakan. “Waktu awal percobaan yang jembatan kecil paling utara belum ditutup. Jadi, bisa lewat sana. Tapi. sekarang saat pengerjaan, jembatan yang kecil ditutup karena sudah enggak layak,” kata dia. Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Rabu (28/9/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya