SOLOPOS.COM - Harian Solopos edisi Selasa (13/9/2022).

Solopos.com, SOLO — Ribuan pekerja informal yang tidak terdaftar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Soloraya dipastikan tidak menerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai bagian dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Bahkan, sebagian pekerja informal tidak mengerti ada fasilitas BSU itu. Seorang sopir asal Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo, Yoko, mengatakan belum tercatat sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Otomatis, ia tidak menerima BSU mengingat syarat masuk data penerima bantuan tersebut yakni peserta BPJS Ketenagakerjaan. Yoko mengaku tak mendapat bantuan serupa saat BSU disalurkan pemerintah kepada pekerja dalam penanganan pandemi Covid-19 pada 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ribuan pekerja informal yang tidak terdaftar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Soloraya dipastikan tidak menerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai bagian dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM).”Pekerja sektor informal seperti saya tak pernah diperhatikan pemerintah. Juragan saya tidak mendaftarkan sebagai peserta BPJS Ketengakerjaan. Saat ada bantuan pekerja, saya pasti tak dapat,” ujar dia, sat berbincang dengan Solopos, Senin(12/9/2022). Yoko meminta agar pemerintah memperluas cakupan BSU kepada para pekerja sektor informal seperti sopir, petugas kebersihan, pedagang, penjaga malam, dan sebagainya.

Selama ini, mereka jarang tersentuh bantuan dari pemerintah saat masa pandemi Covid-19. “Ya harus diperluas agar pekerja sektor informal juga menerima bantuan. Tidak hanya pekerja yang beraktivitas di pabrik atau kantor yang menerima bantuan. Kami juga butuh bantuan,” ujar dia.

Dia berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo ikut campur tangan membantu para pekerja sektor informal yang belum mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Saat harga BBM dinaikkan, sambung Yoko, justru para pekerja sektor informal menjadi kelompok masyarakat terdampak paling berat dibanding lainnya.

Baca juga: Curhatan Pilu Pekerja Solo: Penghasilan di Bawah UMK, Tak Pernah Dapat BSU

Salah satu penjaga toko di kawasan Pasar Legi, Samsyudin, mengaku mendapat gaji di bawah upah minimum kota. Melihat gaji tersebut, ia layak menerima BSU. Namun karena pemilik toko tidak mendaftarkannya ke BPJS Ketenagakerjaan maka kesempatan mendapatkan BSU Syamsudin hilang.

“Sampai sekarang belum ada BPJS Ketenagakerjaan, saya juga tidak tahu cara mengurusnya itu bagaimana dulu ya sama kayak gini waktu pandemi ada bantuan dari pemerintah, saya tidak dapat karena alasan yang sama. Ya sekarang mungkin juga nasibnya akan sama saja,” ungkapnya. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Selasa (13/9/2022).

Sejutaan Informasi Sensitif Bocor

SOLO — Perusahaan keamanan teknologi berkantor di Singapura, DarkTracer: DarkWeb Criminal Intelligence, melaporkan sejutaan kredensial atau informasi sensitif dari puluhan ribu laman pemerintahan bocor.

Sementara itu, sejumlah kementerian dan lembaga keamanan siber Indonesia rapat bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna menyiapkan tim khusus. Pantauan Solopos, DarkTracer merupakan pihak yang mengabarkan aksi peretas bernama Bjorka di jagat maya. Diketahui, nama Bjorka menjadi topik pembicaraan setelah mengumumkan sejumlah data pemerintahan, termasuk juga aktor di balik kematian aktivitis HA.M, Munir.

Baca juga: Menkopolhukam Mahfud Md Akui Data Negara Diretas tapi Bukan Kategori Rahasia

Perusahaan keamanan teknologi tersebut mengumumkan analisisnya atas aksi Biorka melalui akun Twitternya, Senin (12/9/2022), “Aktor jahat. “Bjorka,” membuat dan mengoperasikan situs mesin pencari data bocor yang disebut “leaks/./sh” pada 2021. Dia memiliki miliaran kredensial yang bocor dan menggunakannya untuk meretas.

Dia menggunakan VPN (virtual private network),” tulis DarkTracer melalui Dark’Tracer_int. Berdasarkan penelusuran Solopos, perusahaan keamanan teknologi itu telah mempublikasikan pemrofilan serangan siber terhadap beberapa laman pemerintahan, termasuk Indonesia. Selengkapnya di halaman depan Harian Solopos edisi Selasa (13/9/2022).

Harga BBM Naik, BST Makin Ramai

SOLO — Jumlah penumpang atau tingkat keterisian bus Batik Solo Trans (BST) meningkat setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo mencatat, Sabtu (27/8/2022) sampai Jumat (2/9/2022), atau sebelum adanya pengumuman kenaikan BBM, jumlah penumpang di Koridor 1 sebanyak 46.658 orang, Koridor 2 sebanyak 18.708 orang.

Koridor 3 sebanyak 17.769 orang, Koridor 4 sebanyak 21,211 orang, Koridor 5 sebanyak 14.580 orang, dan Koridor 6 sebanyak 10.248 orang. Jumlah penumpang sesudah harga BBM naik, yakni Sabtu (3/9/2022) sampai Jumat (9/9/2022), meningkat.

Baca juga: Sejak Harga BBM Naik, Makin Banyak Orang Beralih Gunakan Bus BST di Solo

Perinciannya Koridor 1 ada 51.082 orang, Koridor 2 ada 20.070 orang, Koridor 3 ada 19.194 orang. Koridor 4 ada 22.709 orang, Koridor 5 ada 15.872 orang, dan Koridor 6 ada 11.136 orang. Operator BST mencatat load factor atau tingkat keterisian bus BST Desember 2021 sekitar 48%, lalu pada Agustus 2022 menjadi 78,06%, dan meningkat setelah adanya kenaikan harga BBM pada 1 September sampai 11 September 2022 sebesar 87.74%.

Direktur PT Bengawan Solo Trans selaku operator bus BST Solo, Sri Sadadmojo, mengatakan harga BBM yang naik kemungkinan berpengaruh terhadap tingkat keterisian bus pada September ini. “Karena kenaikan BBM otomatis mereka beralih ke angkutan umum. Selain itu, kami masif melakukan sosialisasi mengenai pelayanan ini supaya masyarakat tertarik naik BST,” kata dia, Senin (12/9/2022). Selengkapnya di halaman Soloraya Harian Solopos edisi Selasa (13/9/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya