SOLOPOS.COM - Solopos Hari ini Senin (14/11/2016)

Solopos hari ini mengabarkan lima orang termasuk empat balita menjadi korban bom molotov di Samarinda.

Solopos.com, SOLO — Mantan narapidana kasus terorisme berinisial J menjadi pelakum pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016).

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Empat anak balita dan seorang lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian itu. J ditangkap warga beberapa saat setelah kejadian. Polisi mengidentifikasi J terlibat kasus bom di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang dan bom buku pada 2011.

J bebas bersyarat pada 28 Juli 2014. Dalam peristiwa yang terjadi sekitar pukul 10.30 Wita, sedikitnya empat sepeda motor yang diparkir di halaman tempat ibadah itu rusak. Pelemparan bom molotov terjadi saat ibadah berlangsung dan anak-anak tengah bermain di halaman.

Kabar empat anak balita menjadi korban bom molotov di Gereja Oikumene di Samarinda, Kalimantan Timur menjadi headline Harian Umum Solopos hari ini, Senin (14/11/2016). Selain itu, Solopos hari ini juga mengabarkan lawan teror penculikan di Sragen dan Karanganyar, generasi muda pelestari Turangga Seta, dan Presiden diminta untuk tidak berlebihan.

Simak cuplikan kabar Solopos hari ini, Senin, 14 November 2016:

PERLINDUNGAN ANAK : Lawan Teror Penculikan!

Sejumlah kasus percobaan penculikan yang terjadi di Sragen dan Karanganyar dinilai sebagai upaya teror atau menciptakan ketakutan di masyarakat. Para orang tua harus melawan teror itu dengan memberikan perhatian dan kepedulian lebih kepada anak.

Ajakan itu disampaikan Ketua Forum Masyarakat Sragen (Formas) Andang Basuki, Minggu (13/11/2016). Andang menilai kasus percobaan penculikan itu tidak hanya terjadi di Sragen dan Karanganyar tetapi juga di daerah lain seperti di Depok, Jawa Barat.

Orang tua, guru, dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadan terhadap aksi penculikan. Andang memandang dugaan percobaan penculikan yang terjadi itu memberi pesan teror kepada masyarakat karena para penculik berpeluang membawa kabur anakanak tetapi tidak dilakukan.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

KESENIAN RAKYAT : Generasi Muda Pelestari Turangga Seta

Para pelestari kesenian rakyat terus lahir di lereng Gunung Merbabu dan Merapi. Mereka berjuang mempertahankan warisan budaya. Ikatan sosial, gotong royong, dan kebersamaan. Tiga hal inilah yang menjadi alasan Kiswanto, remaja 25 tahun asal Dukuh Salam, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, mengikuti jejak ayahnya menjadi pegiat seni tradisi tari Turangga Seta.

Bersama ayahnya, Suharmin, dia ikut membesarkan Sanggar Tari Rakyat Turangga Seta Mardi Utomo, sebuah sanggar tari tradisional di lereng Merapi, yang aktif berkesenian sejak 1954.

”Turangga Seta bisa menggerakkan puluhan warga untuk ikut terlibat. Memang belum bisa mengangkat ekonomi masyarakat, tapi Turangga Seta membuat kami memiliki ikatan sosial dan gotong royong yang tinggi, serta kebersamaan,” kata Kiswanto, yang saat ini menempuh pendidikan pascasarjana di UGM Yogyakarta, Selasa (8/11/2016).

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

SAFARI POLITIK : Presiden Diminta untuk Tidak Berlebihan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) diingatkan untuk tidak berlebihan dalam melakukan safari politik yang bisa menimbulkan kesan membenturkan TNI dan Polri dengan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhi Purdijatno dalam diskusi di Jakarta, Minggu (13/11/2016).

Dia menilai safari Presiden sebelum dan setelah aksi unjuk rasa 4 November sebagai bentuk kegelisahan pemimpin negara. Dalam situasi yang sedang panas, Tedjo menilai pernyataan Jokowi dapat menggerakkan pasukan elite TNI untuk keperluan khusus cukup berlebihan.  ”Saya yakin TNI tidak pernah diajarkan untuk menyakiti rakyat. Kelahiran TNI dari rakyat untuk rakyat,” ujar Tedjo.

Dia menilai kunjungan Jokowi ke sejumlah kesatuan di TNI dan Polri seperti Kopassus, Marinir, dan Brimob hal yang sah karena Presiden merupakan pemimpin tertinggi lembaga pertahanan dan keamanan negara. Namun, dia mengingatkan para pemimpin terus menjaga situasi tetap sejuk dan damai.

Simak selengkapnya: epaper.solopos.com/

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya