SOLOPOS.COM - Saidi, 67, menunggu penumpang dii becaknya di area Purwosari, Jl. Slamet Riyadi, Solo, Selasa (17/3/2020). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Nasib penarik becak di Kota Solo makin memprihatinkan. Persebaran wabah virus corona yang begitu cepat membuat mereka semakin cemas.

Status Solo KLB Corona yang ditetapkan Wali Kota FX Hadi Rudyatmo membuat masa depan penarik becak makin suram. Status tersebut berdampak pada penurunan penumpang di Stasiun KA Purwosari.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu penarik becak yang biasa memangkal dikawasan Stasiun Purwosari, Saidi, 67, mengaku kesulitan mendapat penumpang.

Virus Corona Bisa Mati Kena Detergen? Ini Penjelasan LIPI

Hal ini dia alami sejak proyek pembangunan Flyover Purwwosari dilakukan. Keadaan bertambah sulit bagi penarik becak seperti Saidi ketika status Kota Solo KLB Corona.

“Alhamdulillah. Udah narik satu. Tadi ngenyang [menawar harga] Rp25.000. Saya antar,” kata Saidi kepada Solopos.com, Selasa (17/3/2020), setelah mengantar dua penumpang ke Pasar Klewer.

Narik Dua Kali Sehari

Mendapatkan dua penumpang dalam sehari baginya merupakan berkah yang luar biasa. Namun biasanya dia hanya mendapat satu pennumpang yang mau memakai jasanya dalam sehari.

“Dua kali [mengantarkan penumpang] sudah bagus. Paling satu kali [sehari],” kata Saidi.

Dijual Rp3.000/Gelas, Jamu Anti-Corona Endang Sukoharjo Laris Manis di Solo

Saidi, 67, menunggu penumpang dii becaknya di area Purwosari, Jl. Slamet Riyadi, Solo, Selasa (17/3/2020). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Meski begitu, Saidi tak putus harapan. Dia bakal bertahan selama dua pekan ke depan  sebagai penarik becak di Solo.

Tetapi jika keadaan tak kunjung membaik, maka dia akan pulang ke kampungnya di Gemolong, Sragen. Bukan hal mudah baginya mencari pekerjaan lain di usia senja.

“Saya bertahan sampai dua pekan depan. Kalau tidak ada penumpang saya akan pulang. Masalahnya sudah tua sulit mencari penghasilan. Teman lain sudah beralih sadeyan [berdagang] cilok dan wedangan,” kata Saidi.

Wanita Positif Corona Mojosongo Solo Sempat Rewang dan ke Pasar

Saidi mengaku tidak pulang ke rumahnya di Kecamatan Gemolong, Sragen, sejak 20 hari lalu. Ia hanya mengirimkan uang Rp100.000 kepada sang istri yang dititipkan cucunya yang magang di Solo. Saban hari dia tidur di becak miliknya.

Becak Sempat Jadi Primadona

Menurut Saidi, becak sempat menjadi alat transportasi favorit penumpang KA di Stasiun Purwosari.  Itulah sebabnya banyak penarik becak memangkal di Stasiun Purwosari Solo.

Namun nasib penarik becak berubah sejak adanya transportasi online di Kota Solo. Warga lebih memilih menggunakan ojek online ketimbang becak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya