SOLOPOS.COM - Espos / Sunaryo Haryo Bayu BATIK GIRLI - Perajin sedang menyelesaikan kain batik di Desa Pilang, Masaran Sragen, kawasan pinggiran kali Bangawan Solo tersebut merupakan sentra industri batik rumahan.

Dalam hal produksi batik, tidak berlebihan jika Kecamatan Masaran disebut sebagai Laweyannya Sragen. Ya, Masaran sudah terkenal dengan lingkungan dan budaya luhur batik, tidak berbeda jauh dengan Laweyan, Solo. Wilayah yang berbatasan dengan Kebakkramat Karanganyar ini sudah sejak puluhan tahun, atau tepatnya dekade 1950-an bergantung hidup pada batik.

BATIK GIRLI -- Perajin sedang menyelesaikan kain batik di Desa Pilang, Masaran, Sragen, kawasan pinggiran kali Bangawan Solo tersebut merupakan sentra industri batik rumahan. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Ada tiga desa utama yang menjadi sentra terbesar produksi batik yaitu Pilang, Sidodadi, dan Kliwonan. Desa terakhir ini adalah yang terbesar dan menjadi pusat pengembangan, pelatihan dan pemasaran batik. Beberapa produsen batik besar ada di desa ini.

Saat melintas di Jl Solo-Sragen, tepatnya di wilayah Masaran, tidak banyak ditemukan toko yang menjajakan batik. Ini disebabkan kebiasaan wisatawan yang tidak hanya sekadar berbelanja batik, melainkan ingin tahu lebih dalam proses membatik. “Wisatawan lebih tertarik proses membatik daripada sekadar belanja. Setelah praktik, mereka baru belanja,” kata salah satu pengusaha batik, H Sumarsno, saat ditemui Espos di rumahnya di Kliwonan, Masaran.

Tidak banyak pengusaha batik yang membangun showroom di sepanjang jalur lalu lintas Solo-Sragen. Mereka memilih mengerjakan perdagangan dan produksi) di rumah, di tengah-tengah perkampungan. Konsep ini mengawinkan antara proses membatik dengan showroom batik. Tidak berbeda yang dilakukan pengusaha di Laweyan.

Di dalam rumah Sumarsono yang cukup megah, selain untuk tempat tinggal, juga berfungsi sebagai toko. Di ruang belakang menjadi tempat produksi batik. Untuk semakin memanjakan para wisatawan, dirinya membangun rumah baru khusus untuk media belajar dan toko. “Mau belajar, belanja juga di situ. Ada homestay juga,” imbuh dia. Beberapa wisatawan dan siswa luar kota yang belajar praktikum membatik dapat leluasa memanfaatkan homestay itu.

Sejarah batik Masaran tidak lepas dari para pendahulu yang menjadi buruh batik perusahaan-perusahaan di Solo. Lepas dari karyawan, sejumlah warga mencoba mendirikan usaha batik. Semakin hari permintaan batik semakin tinggi, ibarat ada gula ada semut, produsen batik pun semakin menjamur. “Yang kategori produsen besar memang ada belasan, tapi yang kecil banyak sekali,” kata Kades Kliwonan, H Mulyoto.

Dunia bisnis batik Masaran tidak lepas dari dinamika batik tingkat nasional bahkan internasional. Kota Solo dan Pekalongan yang lebih dulu terkenal dengan kota produsen batik, menjadi pesaing tersendiri. Batik khas Masaran diakui tidak berbeda dengan batik Solo.

Timbul tenggelamnya produsen batik di Masaran, imbuh dia, karena adanya eliminasi alam dan keadaan nyata dunia bisnis batik berserta persaingannya. Selain itu, sumber daya manusia juga memiliki peran penting kesuksesan warga Masaran. “Ada yang dari buruh lalu kaya, kemudian lupa diri dan jatuh miskin lagi, ada. Yang bertahan sukses juga banyak,” terang Mulyoto.

Faktor sumber daya manusia juga membuat pihaknya kesulitan untuk mengembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) bidang batik. Banyak warga yang mendapat pinjaman modal dan bahan baku dari Koperasi Batik Girli Kliwonan. Namun macet dan tidak berkembang. “Tergantung bakat dan orangnya. Diberi modal ada yang gagal, tapi hasil usaha sendiri banyak juga yang malah berhasil,” paparnya.

Bicara batik Sragen tidak adil hanya melulu Masaran, masih ada Plupuh dan Kalijambe yang ikut merasakan manisnya bisnis batik. Melihat letak geografis, tiga kecamatan yang saling berhimpitan itu menjadi faktor merambahnya batik ke luar Masaran. Di Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, bermunculan pengusaha batik. Ini tidak lepas dari jiwa kewirausahaan warga Pungsari yang sebelumnya menjadi buruh produsen batik di Masaran.

Ahmad Hartanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya