SOLOPOS.COM - Pejalan kaki melintasi mural 3D di Kemlayan, Serengan, Solo, Selasa (31/1/2023). (Solopos.com/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO —Cerita sekelompok seniman mural yang melukis di tembok-tembok sepanjang Jalan Gatot Subroto dimulai sejak 2017. Koordinator Program “Solo is Solo”, Irul Hidayat, berbagi kenangan saat kali pertama acara Festival Mural Solo Is Solo diadakan. Kala itu, festival mural didukung langsung Pemerintah Kota Solo.

“Itu masih dilakukan di sepanjang koridor Gatsu [Jalan Gatot Subroto],” kata dia saat ditemui di kantor pusat sekretariat, Kemlayan, Selasa (31/1/2023).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sukses mengadakan festival mural yang pertama, Pemkot Solo memberikan dukungannya kembali pada event ke dua pada 2018. Tempatnya masih sama, hanya ditambah satu gang paling utara di lampu merah Jalan Gatot Subroto ikut di hiasi mural. Dua tahun pelaksanaan festival mural tersebut melibatkan sekitar 40 kelompok komunitas muralis, berjumlah sekitar 100 orang.

Komunitas tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kelompok profesional hingga mahasiswa, anak muda yang punya bakat melukis mural secara autodidak.

Agenda tahunan tersebut sempat terhenti saat pandemi menyerang. Kemudian, festival kembali diadakan secara spektakuler pada 2022. Program Solo is Solo menggambar mural di Koridor Gatsu tersebut di danai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). Saat di tanya, Irul enggan menjawab soal dana yang diberikan.

“Bersama dengan revitalisasi Koridor Gatsu Kementerian PUPR, itu juga salah satu bagiannya adalah memperbarui mural-mural,” ungkapnya.

Branding Solo is Solo memberikan identitas tentang kegiatan Spirit Art Solo di Koridor Gatsu. Ada sebanyak 60 foto mural di sepanjang Koridor Gatsu yang dikerjakan pada 2022, sejak September hingga November. Selain itu, di sepanjang gang-gang yang terhubung dengan koridor Gatsu mayoritas diberikan sentuhan mural.

Pertama, di Gang Empu Panilih mendapat sentuhan mural bercorak abstrak. Gang Empu Sedah mendapat sentuhan mural bercorak 3D interaktif yang dimiripkan dengan destinasi wisata mural di Malaysia.

“Sangat unik [di Gang Empu Sedah], jadi nuansa asli kampungnya masih terasa,” kata dia.

Selanjutnya di Gang Empu Gandring banyak karya-karya mural kontemporer. Kemudian di Gang Empu Barada banyak karya mural 3D bertema kuliner di Solo, misalnya dawet, wedangan angkringan, dan nasi liwet. Lalu di Jalan Bedoyo yang satu jalur menuju rumah Maestero Keroncong, Eyang Gesang, ada mural Eyang Gesang dan mural sejarah lokananta.

Di Gang bagian utara pedagang gravity penuh dengan mural gravity. Sampai akhirnya seni mural juga berkembang ke Koridor Jalan Ngarsopuro.

“Bernuansa etnik, mural-mural di sana mural batik, ada di dinding dan tiang-tiang tempat saklar,” kata dia.

Kemudian di kawasan Jalan Madura depan Pasar Triwindu sepanjang 500 meter. Di kanan kiri sepanjang jalan tersebut diberikan sentuhan mural bertema keseharian warga Solo. Baik tembok di sepanjang gang maupun gedung-gedung tinggi mayoritas mendapat sentuhan mural dari para seniman.

Dalam proses menggambar mural para seniman juga berkoordinasi dengan pemilik toko dan tembok yang akan digambari mural. Sehingga ada sinergi antara keduanya. Keberadaan koridor mural di sana memberikan ruang ekspresi bagi para seniman di Kota Solo.

Salah satu warga yang tinggal di Kemlayan, Hafid Ahmad mengaku kawasan di sepanjang jalan gangnya tambah terlihat bagus, meriah, dan mendapat banyak perhatian dari para pejalan kaki yang melewati.

“Kulo jane ngelak, tak pikir wedangan, ternyata enggak,” ucapnya berkelakar ketika ditemui di rumahnya.

Beberapa anak anak hingga remaja banyak yang berswafoto di sepanjang gang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya