SOLOPOS.COM - Grup musik Karahyang PMS tampil saat Solo Imlek Festival 2014 di Benteng Vastenburg, Solo, Kamis (23/1/2014) malam. Grup tersebut menampilkan musik kolaborasi Jawa-China. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Bunyi gesekan tiga instrumen erhu—alat musik gesek tradisional Tiongkok—berpadu selaras dengan permainan dua instrumen yang khim mengiringi pembukaan lagu Bengawan Solo yang dibawakan kelompok Karahyang Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) di Benteng Vastenburg, Solo, Kamis (24/1/2014) malam.

Bebunyian instrumen yang lekat dengan budaya Tiongkok ini tampil unik saat seperangkat instrumen gamelan mulai dibunyikan. Bersama-sama, musik dalam skala diatonik (yang diwakili yang khim dan erhu) selaras berbaur dengan musik dalam skala pentatonik (yang diwakili gamelan). Paduan irama Jawa dan Tinghoa pun mengalun di benteng Belanda itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Instrumen gamelan yang memiliki karakter suara yang kuat malam itu memang sedikit “mengalah” untuk memberikan ruang pada bebunyian asli Tiongkok tersebut. Penampilan kelompok kesenian ini menjadi salah satu penampil dalam pembukaan Solo Imlek Festival 2014.

Selain menampilkan akulturasi Jawa-Tionghoa yang diwakili gamelan dan yang khim, ratusan penonton yang menyaksikan acara ini juga mendapatkan suguhan penampilan pentas musik etnik dari Kemlaka Sound of Archipelago.

Kelompok musik etnik ini memainkan musik bertempo rampak saat mengiringi delapan penari dari PMS yang tampil dengan properti payung. Selain membawakan repertoar pembuka, Kemlaka juga tampil membawakan lagu besutan mereka sendiri seperti Gila Teve, Lir Ilir, dan Susah Senang.

Di pengujung acara, kelompok musik yang beranggotakan Priyo (perkusi seruling), Arif (bas), Akso (drum), Bayu (saksofon), Ganang (kendang), Daru (gender), Ari (gambang), dan Setyo (bonang) ini tampil unik dengan aransemen khas oriental saat membawakan lagu garapan mereka bertajuk Moksa.

Ketua Pantia Solo Imlek Festival 2014, Tanu Kismanto, mengatakan gelaran perdana ini bertujuan mengenalkan kebudayaan Tionghoa kepada masyarakat secara luas. “Sebelum menggelar kegiatan ini kami sudah mengawali dengan kegiatan aksi sosial seperti cabut paku di pohon, bersih-bersih kali, Grebeg Sudiro, dan show lampion. Puncaknya nanti kami gelar perayaan Cap Go Meh di Balai Kota Solo,” terangnya di sela-sela pertunjukan.

Sementara Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, berharap event ini bisa mendukung semangat akulturasi Jawa-Tionghoa di Kota Solo. “Lewat akulturasi ini diharapkan bisa ada sinergi budaya antara lain gotong royong, membangun, memiliki, menjaga, dan mengamankan,” ujar Rudi dalam sambutannya.

Wali Kota berharap ke depan Solo Imlek Festival bisa menjadi agenda budaya tahunan yang masuk Calendar of Cultural Event Kota Solo pada 2015 mendatang. Festival yang digelar setiap malam hingga Rabu (29/1/2014) ini turut dimeriahkan 80 stan pameran aneka produk dan pertunjukan wayang potehi—wayang golek China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya