SOLOPOS.COM - Volunteer Solo Great Sale (SGS) 2018 menginput data di Sekretariat SGS 2018 di Kantor Kadin Solo, Senin (12/2/2018). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/SOLOPOS)

Partisipasi objek wisata pada SGS 2018 masih minim.

Solopos.com, SOLO—Objek wisata di Kota Solo dan sekitarnya belum banyak berpartisipasi dalam ajang bulan promo belanja, Solo Great Sale (SGS) 2018. Padahal hal itu menjadi salah satu daya tarik agar SGS bisa mendatangkan wisatawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com dari penyelenggara SGS 2018, yakni Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo, dari sekian banyak objek wisata di Solo hanya satu yang bergabung di SGS. Objek wisata tersebut adalah Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang di dalamnya ada Taman Pelangi.

“Yang lainnya belum. Memang ini jadi bahan evaluasi kami karena SGS ini adalah kolaborasi trade and tourism, sayangnya belum banyak objek wisata yang ikut,” kata Ketua Umum Kadin Solo, Sri Haryanto, yang akrab di sapa Gareng, kepada Solopos.com, Kamis (1/3/2018).

Menurutnya, semestinya objek wisata unggulan seperti Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pura Mangkunegaran, Taman Balekambang, dan museum-museum lain di Solo berpartisipasi. Pengelola objek wisata tersebut bisa membuat program yang menarik orang berwisata ke Solo.

Hal ini disampaikan Gareng merujuk pada pernyataan Walikota Solo, F. X. Hadi Rudyatmo, yang pada saat closing ceremony SGS 2018 di Pendapi Balaikota Solo, Rabu (28/2/2018) malam, berharap dua objek wisata baru di Sungai Bengawasan Solo dan Kali Anyar beroperasi pada SGS tahun depan.

Rudy sapaannya menilai objek wisata akan menjadi daya tarik orang untuk datang ke Solo. “Sehingga sudah semestinya tempat wisata juga ikut. Tahun depan akan kami coba lakukan pendekatan lagi kepada pengelola,” kata Gareng. (baca juga: SOLO GREAT SALE 2018: Wow, Transaksi Tembus Rp533,9 M, Pasar Tradisional Catat Rp30 M)

Evaluasi lain dari penyelenggaraan SGS 2018 terkait program transaksi nontunai di pasar tradisional. Ketua II SGS 2018 yang juga menjadi juri lomba pasar tradisional, David R. Wijaya, mengatakan meskipun SGS membuat pasar tradisional bergeliat, program transaksi nontunai belum sepenuhnya diterima pedagang maupun pembeli di pasar tradisional.

“Dari 44 pasar tradisional, ada 10 pasar dengan 200 pedagang yang mulai melayani transaksi nontunai. Itu kan masih sangat sedikit dari potensi seluruh pedagang pasar tradisional,” ujar dia.

Selain itu, pembeli juga kurang tertarik untuk bertransaksi nontunai, meskipun SGS sudah merangsang tumbuhnya pola ini dengan iming-iming dobel poin untuk pelanggan yang bertransaksi nontunai.

Evaluasi lainnya lebih terkait sistem yang sudah berbasis informasi teknologi (IT), namun masih menemui banyak kendala dalam pelaksanaannya. Sejumlah pengelola pasar tradisional menilai perlu persiapan matang agar persoalan jaringan untuk mengunggah data konsumen maupun transaksi ke server pusat tidak terkendala.

Kepala Pasar Ngudi Rejeki Gilingan, Dwi Adi Prihutomo, mengatakan pelaksanaan SGS tahun ini cukup sukses, tapi dia berharap ke depan fasilitas tukar poin di setiap pasar dilengkapi kuota data Internet yang memadahi. Hal itu agar proses penukaran poin bisa berjalan lebih lancar.

“Untuk pembayaran nontunai peralatan dari bank harus siap,” terang dia.

Hal yang hampir sama disampaikan Kepala Pasar Legi, Marsono. Dia mengatakan beberapa kali proses pengunggahan data transaksi atau penukaran poin terkendala karena masalah jaringan.

“Sebenarnya untuk minat konsumen, setiap hari selalu ada yang datang untuk menukarkan poin. Sehari menjelang berakhirnya SGS pun masih ada yang datang,” kata dia. Hal senada disampaikan Kepala Pasar Sangkrah, Rawan Sigit Pramono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya