SOLO – Solo Wayang Carnaval yang digelar pada Sabtu (16/2/2013) berjalan meriah. Meski demikian, cuaca mendung yang menyelimuti Kota Solo membuat kirab masih kalah ramai dibanding tahun lalu.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Acara yang bertemakan Wayang adalah Budaya Bangsaku ini digelar dengan kirab mulai dari Lapangan Kottabarat-Balaikota melewati jalan Slamet Riyadi.
Langit mendung mengiringi dimulainya acara yang digelar untuk memeriahkan hari jadi ke-268 Kota Solo ini, pada pukul 15.30 WIB. Kirab diikuti oleh 1500an masyarakat dari berbagai elemen, mulai dari pelajar, muspida, dan sejumlah kelompok seni.
Kirab ini juga turut dimeriahkan oleh Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo; Menteri Pemuda dan Olah Raga, Roy Suryo; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu; dan Wamen Pendidikan dan Kebudayaan, Windu Nuryanti.
Sepanjang rute kirab dipenuhi oleh warga yang antusias menyaksikan kirab. Walapun sempat hujan namun penonton tetap bersemangat menyaksikan, salah satunya Gunawan, 56.
“Saya bersama keluarga saya, saya kesini untuk melihat kirab. Hitung-hitung buat hiburan keluarga, awalnya kami sempat mengurungkan niat, namun ketika jam langit terang kembali kami langsung berangkat,” ujar Gunawan kepada Solopos.com.
Ia juga mengungkapkan bahwa acara kali ini lebih meriah dari tahun lalu. “Tahun ini lebih meriah, saya tertarik kepada onggok-onggok yang dipikul oleh peserta kirab, soalnya tahun lalu tidak ada. Kirab kali ini juga lebih komplit. Saya berharap untuk tahun depan lebih baik lagi,” ujar Gunawan.
Mendung Kurangi Jumlah Penonton
Sayangnya, cuaca mendung yang menyelimuti Kota Solo selama kirab berlangsung menyebabkan pengurangan jumlah penonton.
Seperti yang diungkapkan oleh pedagang asongan yang berjualan di daerah Balaikota, Sukma, 40. Sukma mengatakan penurunan jumlah penonton cukup lumayan.
“Dulu disini penontonnya sampai berdesak-desakan sekarang tidak. Mungkin ini karena cuaca,” ujar pria yang biasanya berjualan di Jurug itu.
Penurunan jumlah penonton ini praktis mengurangi keuntungan yang didapat pedagang asongan. “Kalau tahun lalu sehari bisa hampir habis, sekarang masih utuh, ya kalau dikira-kira penurunannya sampai 80 persenan,” imbuh Sukma.
Ia juga mengeluh mengenai arak-arakan kirab tersebut. Ia mengungkapkan kirab tersebut kurang bagus dari tahun lalu lantaran ketika arak-arakan memasuki daerah balai kota arakannya putus dan kendaraan yang lewat menyela kirab tersebut.
“Kalau tahun lalu enggak putus, tetap tersambung hingga selesai. Mungkin kali ini beda yang menangani, kalau dulu masih pak Jokowi,” keluhnya.