SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Agoes Rudianto/JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Gelar busana Solo Batik Fashion (SBF) V yang dihelat di halaman Balai Kota Solo, Jumat-Minggu (30-31/8 dan 1/9) dipastikan lebih meriah dibandingkan penyelenggaraan tahun sebelumnya. Meskipun lebih meriah, riuh rendah gelaran tahunan tersebut yang absen melibatkan komunitas batik lokal disayangkan sejumlah kalangan.

Sejumlah pihak berharap kemeriahan agenda fashion tahunan ini tidak berhenti selepas model turun dari panggung gelar busana. Lebih jauh lagi, diharapkan ada kontribusi yang nyata bagi pengembangan usaha kecil dan menengah dalam industri batik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Paguyuban Kampung Batik Kauman, Gunawan Setiawan, mengatakan penyelenggaraan gelaran fashion sejenis di Jakarta, Bali, dan Jogja sudah lebih mapan lantaran ada sinergi dari berbagai pihak yang berkepentingan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Penyelenggaraaan Solo Batik Fashion seharusnya bisa stakeholder, desainer, event organizer, komunitas usaha kecil dan menengah, dan akademisi yang concern di bidang batik. Karena harapannya untuk menumbuhkan industri kreatif, jadi harus disokong bareng-bareng,” terangnya ketika berbincang dengan Espos, Kamis (29/8) siang.

Pria yang menjadi penggagas gelaran fashion tahunan ini mengatakan iklim industri fashion di Kota Solo masih ada pengotak-ngotakan antara pengusaha kecil, menengah, besar, dan desainer. Menurutnya, batik di Solo bisa lebih maju apabila ada sinergi pelaku industri batik.

“Di sini saya lihat belum ada sinergi. Padahal dampak yang dirasakan sangat besar nantinya. Selama ini saya lihat masih ada pengotak-kotakan. Kalau semua bisa bersatu padu, saya rasa Solo bukan hanya menjadi produsen batik. Tapi lebih jauh lagi, bisa benar-benar menjadi Kota Batik,” sambungnya.

Senada dengan Gunawan, Ketua Pengembangan Kampung Batik Laweyan, Alpha Fabela Priyatmono, mengutarakan selama ini penyelenggaraan SBF lebih melibatkan pelaku UKM batik secara personal.  Sementara keterlibatan komunitas lebih sebagai konsultan penyelenggaraan.

“Kalau misal diajak jauh-jauh hari untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan acara ini saya kira komunitas tidak keberatan. Karena manfaatnya bisa dirasakan oleh mereka sendiri. Efeknya bisa terasa lebih jauh,” jelasnya.

Secara terpisah, Pecinta batik dan kolektor batik lawasan, Fafa G Utami, menilai bentuk pengembangan batik di Solo bisa melalui penyelenggaraan workshop bagi komunitas batik di Solo.

“Harapannya gelaran fashion batik di Solo tidak berhenti di produk saja. Gelaran ini bisa memberikan kontribusi bukan hanya sebatas pengayaan ide desain rancang busana bagi pelaku UKM batik saja, lebih jauh pelaku usaha yang ada di Solo bisa menambah wacana desain, kemasan, pemasaran melalui workshop,” terangnya.

Menurut Fafa, daripada menyelenggarakan pre-event dalam bentuk lomba model dan foto, gelaran pre-event bisa memberikan manfaat yang lebih melalui penyelenggaraan workshop desain motif, pemasangan display, hingga perkara pemasaran. “Pengetahuan kita [UKM batik lokal] masih jauh dibanding kota lain. Pengetahuan yang sederhana seperti display di kampung batik yang sesuai konsep heritage saja masih belum banyak dipahami. Kalau perkara teknis batik mereka sudah lewat,” ujarnya.

Humas SBF V, Retno Wulandari, mengatakan pihaknya tahun ini mengadakan serangkaian acara pre-event yang diselenggarakannya kali ini sebagai ajang pemanasan dari gelaran utama. Meskipun demikian, Retno mengungkapkan pihaknya bakal menerima usulan penyelenggaraan workshop yang bermanfaat bagi pengembangan UKM batik Solo dalam penyelenggaraan SBF ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya