SOLOPOS.COM - Ilustrasi Solo Batik Carnival (SBC) (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com SOLOSolo Batik Carnival (SBC) VI yang digelar akhir Juni lalu mendapatkan sorotan dari sejumlah kalangan. Kritikan datang menyoal tema, performa, hingga komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam menggarap agenda yang digadang-gadang berkelas internasional ini.

Enggan dianggap membuat gelaran yang asal jalan, Pemkot Solo mulai berbenah mempersiapkan konsep baru untuk memberikan inovasi pada gelaran ketujuh SBC. Serangkaian konsep, lokasi ajang gelar, penyelenggaraan workshop, hingga manajemen penonton mulai digagas agar gelaran karnaval ini memberikan suguhan baru bagi publik Kota Bengawan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo, Widdi Srihanto, mengatakan SBC VII rencananya bakal digelar di kompleks Stadion Manahan pada Juni 2014.  Penyelenggaraan lokasi baru ini diusulkan untuk memberikan warna baru bagi acara yang selama ini digelar di sepanjang jalan protokol Kota Solo.

“Tidak ada kirab di jalan. Venue baru ini bisa digelar di dalam atau di luar Stadion Manahan. Waktu penyelenggaraan belum ditentukan sore atau malam. Tapi yang jelas digelar pada akhir pekan di Manahan. Lokasi ini sengaja dipilih karena mempertimbangkan faktor manajemen penonton,” jelasnya ketika berbincang dengan wartawan, Rabu (4/12/2013) siang.

Selain itu, Pemkot juga bakal menggerakkan tim kreatif SBC untuk berani menampilkan tema yang spesifik dan memanfaatkan  ide karnaval baru dari luar komunitas SBC.  “Solo harus tetap menggunakan patron lokal. Banyak sekali kearifan lokal di sini yang bisa dieksplorasi seperti keris, wayang, reog, dan lain-lain. Tema yang relevan dengan era yang sekarang. Jadi kesannya yang berubah tidak hanya warna, tapi ada inovasi yang nyata. Selain itu, manajemen kali ini dituntut lebih welcome pada arahan dari luar,” bebernya.

SBC VII yang dibuat lebih “terbuka” ini nantinya juga diarahkan untuk menggelar workshop di tengah-tengah masyarakat agar gelaran ini bisa menjadi bagian dari masyarakat. “Workshop nanti akan digelar terbukan di tiap kelurahan sekitar Solo. Kalau masyarakat ingin ikut, tidak boleh dihalang-halangi,” tandasnya.

Disinggung mengenai manajemen penonton SBC ke depan, Widdi menjelaskan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan sistem ticketing. “Ticketing ya ticketing, tapi tetap untuk masyarakat. Kami akan belajar dari evaluasi gelaran lain seperti SIPA 2013 dan lainnya,” urainya.

Dalam waktu dekat, Pemkot rencananya menggelar rapat koordinasi bersama Yayasan SBC, budayawan, tokoh masyarakat, ASITA, dan PHRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya