Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Penilaian tersebut dikemukakan anggota Komisi IV DPRD Solo, Paulus Haryoto, dalam wawancara melalui telepon kepada Solopos.com, Minggu (1/7/2012). Menurut Paulus, langkah yang dilakukan pemkot dan panitia SBC V dengan menggelar acara itu di dalam stadion di mana penonton harus membayar tiket masuk merupakan terobosan yang bagus.
Penonton bisa menikmati secara leluasa keseluruhan penampilan peserta. Namun ketika para peserta SBC itu keluar ke Jl Slamet Riyadi dan berjalan menuju balaikota, situasi pertunjukan berubah kacau karena penonton tak bisa diatur.
Seperti biasa, para penonton merangsek ke depan sehingga hanya menyisakan ruang sempit untuk peserta SBC beratraksi. “Khusus untuk pertunjukan di sepanjang Jl Slamet Riyadi, ke depan pemkot dan panitia perlu mencari terobosan yang inovatif agar SBC tetap bisa menjadi tontonan yang menarik,” ujar Paulus.
Dalam hal itu, Paulus menyarankan dua alternatif. Pertama, membuat panggung di kiri dan kanan jalan sepanjang rute sekaligus untuk pembatas area penonton, dan kedua, membuat satu panggung di tengah jalan sepanjang rute seperti catwalk pada peragaan busana.
Hal lain yang harus dibenahi jika ke depan format SBC di dalam stadion akan dipertahankan adalah soal distribusi tiket. Paulus mengaku mendapat informasi distribusi tiket sempat mengalami kekacauan. Apapun itu, Paulus berharap acara-acara yang bisa mendongkrak nama besar Solo terus ditingkatkan kualitasnya.
Penilaian hampir senada juga disampaikan Abdul, salah satu warga Pasar Kliwon, yang malam itu menonton SBC di Jl Slamet Riyadi. Saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu, Abdul berpendapat pertunjukan di jalanan SBC malam itu jauh lebih semrawut dibandingkan tahun sebelumnya.
“Solo ini kan sudah berkali-kali mengadakan pawai di jalanan. Tapi sepertinya penyelenggara belum menemukan cara yang efektif untuk mengendalikan massa agar lebih tertib. Ke depan semoga acara ini lebih baik,” ujarnya.