SOLOPOS.COM - Peserta Solo Batik Carnival (SBC) 9 menari dan memamerkan kostum kepada tamu undangan dan warga di Jl. Bhayangkara, Sriwedari, Solo, Minggu (24/7/2016). SBC 9 yang bertema Mustika Jawa Dwipa tersebut diikuti 300an peserta. (Ivanovic Aldino/JIBI/Solopos)

Solo Batik Carnival ke-9 telah digelar.

Solopos.com, SOLO — Manajemen penonton pagelaran karnaval tahunan Solo Batik Carnival (SBC) 9 yang digelar pada Minggu (24/7/2016), amburadul. Tidak tertatanya penonton hingga menyebabkan taman kota menjadi rusak lantaran terinjak-injak warga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, ribuan penonton memenuhi pinggir sepanjang Jl. Slamet Riyadi hingga Jl. Jenderal Sudirman untuk melihat karnaval. Penonton kanan kiri merangsek ke tengah jalan untuk melihat dekat peserta karnaval SBC.

Ekspedisi Mudik 2024

Tak hanya memadati jalur yang akan dilalui peserta SBC, warga juga berebut berselfie ria dengan para peserta. Penonton tak segan menerobos barikade yang dibuat panitia. Akibatnya, jalannya pawai pun menjadi tersendat.

Selain itu tak sedikit penonton yang berdiri di atas taman kota di sepanjang Jl. Slamet Riyadi. Taman tersebut terinjak-injak sehingga banyak tanaman yang rusak.

Warga Sukoharjo, Wijayanti mengaku tidak ada perbedaan jauh dari pelaksanaan SBC tahun ini dengan sebelumnya. Menurutnya, manajemen penonton perlu mendapatkan perhatian serius bagi panitia untuk diperbaiki di tahun-tahun mendatang. “Penonton tidak rapi pada ke tengah jalan.  Jadi kacau,” katanya ketika dijumpai Solopos.com yang tengah melihat pawai di kawasan Ngapeman.

Dia mengatakan mestinya ada barikade ketat dari petugas agar penonton tidak merangsek ke tengah. Apalagi sampai berfoto ria, sehingga mengakibatkan pelaksanaan karnaval tersendat. Selain itu banyaknya penghobis juga membuat kacau pelaksanaan SBC.

“Mereka [penghobis] mengambil foto tepat di depan peserta karnaval. Jadi menutupi penonton, dan akhirnya warga ikut ke tengah untuk melihat karnaval secara dekat,” katanya.

Senada disampaikan warga Laweyan, Purwati. Dia mengatakan harus ada evaluasi dari perayaan SBC. Apalagi perayaan SBC sudah berlangsung selama sembilan kali. “Evaluasi harus dilakukan menyeluruh. Kalau perlu penonton ditata supaya tidak terlihat kacau,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Eny Tyasni Suzana mengaku pengelolaan manajemen penonton masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diperbaiki di tahun mendatang. Menurutnya, masalah manajamen penonton terus terjadi dari tahun ke tahun. Pihaknya merasa kesulitan membendung tingginya antusias warga menonton SBC. “Kami sudah berusaha dengan memberi barikade. Tapi tetap masyarakat menerobos barikade,” katanya.

Selain persoalan penonton, Eny juga mengevaluasi kinerja panitia pelaksanaan SBC. Eny berharap ke depan kepada pihak yang menangangi pelaksanaan kegiatan SBC tidak berganti-ganti. Meskipun secara desain kostum, Eny mengaku sudah jauh lebih baik. “Harus konsisten misalnya orang itu yang mengawal, ya itu saja. Jangan diganti-ganti,” katanya.

Eny meminta yayasan SBC segera menentukan tema untuk perayaan SBC tahun depan. Penentuan tema jauh-jauh hari dinilai akan mampu memaksimalkan pelaksanaan SBC. Diakuinya, gaung pelaksanaan SBC mampu menyedot wisatawan tidak hanya lokal, namun juga wisatawan mancanegara. “Kami ingin perayaan SBC 10 jauh lebih baik lagi. Tidak semua daerah bisa mempertahankan kegiatan seperti ini hingga dasawarsa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya