SOLOPOS.COM - Beberapa model memperlihatkan karya batik kreasi dalam Solo Batik Carnival 2008, Minggu (13/4/2008). Gelaran Solo Batik Carnival itu dimaksudkan untuk memperkokoh Solo sebagai kota batik. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Beberapa model memperlihatkan karya batik kreasi dalam Solo Batik Carnival 2008, Minggu (13/4/2008). Gelaran Solo Batik Carnival itu dimaksudkan untuk memperkokoh Solo sebagai kota batik. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SOLO—Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo melirik Koridor Jenderal Sudirman (Jensud) sebagai salah satu opsi penyelenggaraan Solo Batik Carnival (SBC) 6. Event budaya yang menampilkan keindahan batik ini rencananya digelar 29 Juni.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Disbudpar Solo, Widdi Srihanto, saat ditemui wartawan di Balaikota, Selasa (19/3/2013), mengatakan dirinya bersama panitia akan menjajaki kemungkinan Jensud menjadi venue SBC. Menurutnya, Koridor Jensud bisa memberi warna baru bagi pergelaran SBC.

“Semua opsi masih didalami, termasuk Jensud. Yang penting lokasi baru nanti tetap bisa dinikmati masyarakat,” ujarnya.

Jika menggunakan Koridor Jensud, imbuhnya, peserta bisa memulai karnaval dari Balaikota. Dia mengakui pengalihan venue ke Jensud berkonsekuensi mengurangi panjang karnaval. Namun Widdi menyebut hal itu tak masalah sepanjang panitia bisa mengonsep sajian yang enak ditonton. “Kalau panjang tapi sulit dinikmati sama saja,” ucapnya.

Meski agenda pergelaran semakin dekat, pihaknya mengklaim belum diberi paparan konsep dari panitia. Pihaknya berharap panitia bisa menyerahkan konsep matang maksimal awal Mei. Pasalnya, Widdi menyebut panitia masih membutuhkan waktu untuk mencari dana sponsor.

Diketahui, Pemkot hanya mengucuri dana stimulan sebesar Rp100 juta. “Kalau hanya mengandalkan dana Pemkot susah. Kami harap panitia bergerak cepat,” tuturnya.

Disinggung mengenai tema SBC tahun ini, pihaknya tetap mengusung tema besar wayang. Agar tidak terjadi stagnansi dari tahun sebelumnya, Widdi mendorong panitia kreatif mencari terobosan baru. Pihaknya juga membebaskan SBC komersial untuk mendukung dana kreatif pementasan. “Yang penting semangat pelestarian budayanya tetap ada,” tegasnya.

Manajemen Penonton

Lebih jauh, manajemen penonton SBC hingga kini masih menjadi pemikiran. Hingga perhelatan kelimanya tahun lalu, manajemen penonton SBC terbukti masih karut marut. Selain penonton susah diatur, banyak taman di sepanjang Jl Slamet Riyadi yang rusak setelah kegiatan.

Widdi mengungkapkan, sebenarnya sudah ada terobosan untuk mengatur penonton, yakni mengadakan panggung sederhana di sekitar venue. “Jadi ada tempat duduk portable-nya. Sayang dana Pemkot tidak mencukupi.”

Pejabat humas Yayasan SBC Solo, Quintanova Rizqino, mengaku masih terus melakukan pemantapan konsep bulan-bulan ini. Ditanya mengenai konsep tema yang bakal diusung, Quinta belum mau menjawab. “Masih perlu pematangan,” ujarnya kepada Espos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya