SOLOPOS.COM - Peserta Solo Batik Carnival (SBC) ke VII, Ihsanuddin Salam, 16, mengemas kostum batik untuk disimpan di rumahnya, Gentan, Baki, Sukoharjo, Senin (23/6/2014). Menurut peserta yang sudah tampil sebanyak enam kali dalam karnaval tersebut, kostum dapat digunakan kembali untuk karnaval disesuaikan temanya. (JIBI/Solopos/Ardiansyah Indra Kumala)

Solopos.com, SOLO–Sebuah kantong plastik tak berwarna yang berisi setumpu jarit tampak memenuhi bagian belakang sebuah mobil, Senin (23/6/2014). Mobil tersebut terparkir di dalam garasi sebuah rumah di Perumahan Songgolangit, Getan, Sukoharjo. Sepintas tidak ada yang menarik dari kantong plastik dan jarit itu. Hanya terlihat warna jingga jarit di dalam kantong.

Seorang laki-laki muda membuka pintu belakang mobil. Dia kemudian menurunkan kantong plastik tersebut. Dengan berhati-hati, dia membawa kantong plastik ke ruang tamu. Secara perlahan dia mulai mengeluarkan jarit itu dari kantong plastik. Selembar kain lain daan sebuah sulak dikeluarkan oleh dia dari ruang tengah rumah itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat itu, Ihsan Uddin Salam, 18, laki-laki itu tengah membersihkan jarit dari debu dan kotoran lain. Selain jarit, dengan perlahan dia mengelap pernak-pernik yang tertempel di lembaran kain. Ihsan sedang melakukan upaya perawatan kostum batik yang baru saja dikenakannya dalam acara Solo Batik Carnival (SBC) VII, Minggu (22/6/2014).

“Setelah dipakai, kostum langsung dimasukan ke dalam plastik agar tidak terkena kotoran lebih banyak. Kotoran tersebut bisa merusak warna asli kain. Kostum jadi jelek dilihat. Setelah disimpan di kantong plastik, semua kostum juga harus segera dikeluarkan untuk diangini dan dibersihkan. Kalau lembab, kain bisa berjamur,” ujar Ihsan saat dijumpai di rumahnya, Senin.

Laki-laki yang juga berperan sebagai Koordinator Koreografi dalam SBC VII mengatakan pengemasan kostum dengan dimasukan dalam plastik menjadi cara paling sederhana meski rawan rusak. Kostum paling aman disimpan dalam kotak khusus yang berbentuk hampir sama seperti koper.

“Kalau mau aman dan bisa terawatt karena pernih dan bahan kerangka kostum tidak tersentuh bisa menggunakan koper besar. Kalau koper jatuh pun tidak merusak kostum di dalam sampai parah,” imbuh Ihsan.

Ihsan berusaha merawat kostum agar tetap dalam kondisi baik dan tetap bagus jikas dikenakan kembali di lain waktu. Kostum yang dia buat dan dikenakannya sendiri itu sudah menjadi salah satu barang berharga. Kostum tersebut dapat digunakan kembali dalam even lain.

“Lebih dari 200 orang peserta SBC VII membuat dan mengenakan kostum karya mereka sendiri. Setelah acara [SBC VII] kostum disimpan oleh masing-masing peserta. Kalau dirawat kan kostum bisa tetap bagus. Selain itu juga mengantisipasi jika memang ada peminat yang ingin membeli kostum,” ujar laki-laki yang sudah enam kali tampil dalam SBC itu.

Selain dirawat, lanjut Ihsan, jarit atau kostum juga kerap didaur ulang. Jarit bisa diolah menjadi barang lain berbahan dasar jarit atau tetap dalam bentuk kostum dengan perbaharuan konsep desain.

“Kostum saya pernah ditawar sampai Rp5 juta padahal ongkos buatnya tidak sampai senilai itu. Kostum bisa mahal karena dalam kondisi bagus dan ide desain yang original. Jika mau tambah mahal ya kostum bisa disentuh untuk dilakukan inovasi,” ujar Ihsan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya