SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO — Kelangkaan solar bersubsidi saat ini membuat para sopir truk angkutan barang tak berani mengoperasikan armadanya untuk perjalanan jarak jauh. Mereka khawatir jika kehabisan bahan bakar di tengah perjalanan.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Salah satu sopir angkutan barang, Joko Susanto, yang rutin mengangkut sayuran dari Selo, Boyolali ke Pasar Legi Solo mulai mengeluhkan kondisi kelangkaan solar akhir-akhir ini. Joko sendiri berlangganan solar di SPBU Banyudono. Tapi, untuk bisa mendapatkan solar sangat sulit. “Antrenya lama. Dapatnya paling hanya Rp200.000. Dan yang paling parah, SPBU itu jualannya oglangan. Sehari jualan sehari ndak jualan. Padahal kalau kami beli di SPBU bukan langganan, paling hanya bisa beli Rp50.000 atau Rp100.000,” kata Joko kepada Solopos.com.

Dengan model pembatasan pembelian solar, Joko pun tidak berani mengirim barang ke luar kota. Sebelum adanya kelangkaan solar, Joko sering mengirim sayuran sampai ke Brebes. Tapi sudah sepekan ini dia absen tidak mengirim barang ke Brebes. “Paling setelah dari Pasar Legi, kami kirim bahan pangan lain ke Jogja, Magelang atau Semarang,” paparnya.

Hampir setiap hari Joko mengangkut sayuran seperti labu siam, kol putih, sawi putih, cabai rawit dan berbagai macam sayuran dari Selo. Dengan kondisi ini, Joko mengaku belum menaikkan harga transport barang. “Harganya belum kami naikkan. Kecuali harga solar naik.” Biaya angkut sayuran dari Selo ke Pasar Legi tetap Rp200.000 sekali angkut.

Sopir angkutan barang lain, Supadi, meminta pemerintah menaikkan harga solar dari pada solar langka di pasaran. “Naikkan saja harganya jadi Rp6.000 per liter. Dari pada sekarang hanya Rp4.500 per liter tapi barangnya ndak ada. Saya sendiri susah kalau harus antre solar sampai 1,5 jam,” ujar Supadi, yang rutin mengirim sayuran dari Sunggingan, Boyolali ke Pasar Legi Solo.

Kenaikan Harga Solar
Supadi juga menyampaikan hingga saat ini dia belum menaikkan harga angkut barang. “Kalau solar naik, pelanggan kan pasti akan mengerti. Sekarang mau naikkan harga ya dikomplain pelanggan, wong harganya belum naik.” Biaya pengiriman barang dari Sunggingan ke Solo masih dikisaran Rp60.000 sekali kirim. Selain ke Solo, dia juga sering kirim sembako ke kota lain seperti Magelang dan Semarang bahkan sampai Purbalingga. Tapi, intensitas pengiriman barang ke Purbalingga saya kurangi.

“Kalaupun harus ke Purbalingga, setiap ada SPBU yang jual solar saya beli, meski hanya Rp50.000. Nanti kalau ketemu SPBU lagi yang isi solar, ya beli lagi. Sedikit demi sedikit yang penting jangan sampai kehabisan di jalan,” jual Supadi.

Assistant Manager External Relations PT Pertamina Jateng DIY, Heppy Wulansari, menyampaikan pembatasan solar akan terus berjalan sepanjang tahun, selama kuota tidak ditambah. Dia mengatakan, kuota sekarang sudah dibagi-bagi dan ditetapkan angkanya sampai akhir Desember, dengan harapan konsumsi tidak melonjak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya