SOLOPOS.COM - Ilustrasi (karyajepara6.blogspot.com)

Ilustrasi (karyajepara6.blogspot.com)

JEPARA – Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia Komisariat Daerah Jepara Akhmad Fauzi mengatakan produksi mebel di daerah itu sempat terganggu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pasalnya, BBM bersubsidi tersebut dibutuhkan pengusaha mebel untuk proses penggergajian kayu, pengeringan kayu, serta kendaraan pengangkut kayu juga sempat terganggu,” katanya di Jepara, Rabu (3/4/2013). Ia mengatakan kebutuhan solar untuk mengoperasikan gergaji mesin untuk tingkat industri bisa mencapai 150 liter per hari, sedangkan untuk tingkat rumah tangga sekitar 50 liter per hari.

Proses pengeringan kayu, katanya, sudah banyak pengusaha mebel yang beralih ke bahan bakar lain, seperti batu bara dan kayu bakar. Kendaraan pengangkut kayu sebagai bahan baku utama untuk membuat mebel, juga terganggu karena untuk mendapatkan solar bersubsidi juga kesulitan. Hampir sebagian besar SPBU kehabisan stok solar. “Bahkan, biaya transportasi pengangkut kayu sempat dinaikkan,” katanya.

Meskipun terganggu dengan kelangkaan solar, katanya, produksi mebel masih tetap berjalan dan belum ada pengusaha mebel yang menghentikan produksinya. Ia berharap, persoalan solar bisa normal kembali karena dikhawatirkan akan berdampak pada kelangsungan usaha permebelan di Jepara. Apalagi, kata dia, pada triwulan pertama 2013 perkembangan usaha mebel Jepara cenderung stagnan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Kondisi stagnan, katanya, terjadi pada usaha permebelan yang berorientasi ekspor, sedangkan untuk pasar domestik masih cukup stabil. Ia menduga bahwa hal tersebut akibat dampak krisis Eropa yang hingga saat ini belum sepenuhnya pulih. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, katanya, sejumlah pengusaha mebel sudah ada upaya mencari pangsa pasar baru, seperti negara-negara Asia, India, dan Afrika.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara, nilai ekspor kerajinan mebel Jepara selama 2012 mengalami penurunan 7,95%, karena nilai ekspor 2012 hanya 102,78 juta dolar AS, sedangkan pada 2011 mencapai 111,65 juta dolar AS. Penyebab turunnya nilai ekspor mebel tersebut, di antaranya penurunan daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor. Hal tersebut terjadi di Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya