SOLOPOS.COM - Seorang petani membajak sawah menggunakan traktor di Gayamdompo, Karanganyar, Kamis (4/4/2013). Pembatasan stok solar membuat sejumlah petani pontang-panting. (Binti Sholikah/JIBI/Bisnis Indonesia)


Seorang petani membajak sawah menggunakan traktor di Gayamdompo, Karanganyar, Kamis (4/4/2013). Pembatasan stok solar membuat sejumlah petani pontang-panting. (Binti Sholikah/JIBI/Bisnis Indonesia)

KARANGANYAR–Pembatasan solar bersubsidi yang mulai diberlakukan sejak dua pekan lalu membuat sejumlah petani dan buruh tani di Karanganyar pontang-panting. Bahkan mereka rela beli solar eceran seharga Rp8.000 per liter.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pasalnya, sebagian petani kerap kehabisan stok solar di SPBU setempat. Bahkan sejumlah SPBU di Karanganyar memberlakukan pembatasan pemebelian solar maksimal 10 liter dengan membawa surat rekomendasi dari Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan UMKM).

Seorang buruh tani, Paimin, 45, kepada Solopos.com, Kamis (4/4/2013), mengungkapkan kesulitan membeli solar di SPBU. Dia rela membeli solar pada pengecer seharga Rp8.000 per liter. Dia mengaku selalu tak kebagian solar bersubsidi di SPBU. Selain itu, antrian yang panjang kadang membuatnya tidak sabar karena tawaran membajak sawah harus segera dikerjakan agar bisa rampung dalam sehari.

“Kalau tidak gitu saya enggak dapat solar, kalau tidak bisa mbajak ya enggak dapat bayaran,” ungkap warga Sengon RT 002/RW 009, Gayamdompo, tersebut.

Dalam sehari dia mampu menghabiskan tujuh liter solar untuk membajak sawah satu patok. Dia mengaku mendapat bayaran Rp300.000 untuk membajak sawah satu patok. Dari bayaran tersebut, Rp50.000 dia gunakan untuk membeli solar, Rp250.000 dia bagi dua dengan penyewa traktor, sehingga dia hanya mendapat bayaran Rp125.000 sehari. Namun, jika sawah itu dikerjakan dua orang maka bayaran tersebut dibagi dua masing-masing Rp62.500.

Sementara seorang petani, Sunarmin, 42, mengaku mengeluarkan biaya minimal Rp300.000 untuk merampungkan pembajakan sawah seluas 3500 meter persegi [satu patok]. Biaya tersebut termasuk sewa buruh, sewa traktor dan beli solar. Selain itu, untuk menanam padi seluas satu patok dia mengeluarkan dana Rp400.000 untuk membayar buruh tani.

Dia mengeluhkan minimnya hasil panen dan rendahnya harga gabah yang tidak sejalan dengan pengeluaran untuk menanam padi.

“Petani sekarang itu sudah susah malah dipersulit dengan solar yang langka. Apalagi sekarang buruh tani pada minta bayaran dinaikkan,” ungkap warga Klipan RT 001/RW 007, Gayamdompo, Karanganyar, tersebut.

Terpisah, Pengawas SPBU 44 577 06, Popongan, Karanganyar, Pardi, mengaku memberlakukan pembatasan pembelian solar bersubsidi sejak dua pekan lalu. Tiap petani wajib memiliki surat rekomendasi dari Disperindagkop dan dibatasi maksimal 10 liter per hari.

Sementara untuk truk dibatasi pembelian maksimal Rp150.000 per hari. Menurutnya, stok solar dari Depo yang datang pada Rabu (3/4/2013) pukul 13.00 WIB langsung ludes dalam 11 jam.  “Banyak petani yang kecele, tapi biasanya saya kasih tahu kalau stok solar datangnya dua hari sekali,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya