SOLOPOS.COM - Aktivitas depo pasir di Klaten, Senin (8/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Aktivitas depo pasir di Klaten, Senin (8/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN — Kalangan pemilik dan pengelola depo pasir di Klaten mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah akibat berkurangnya pasokan pasir sebagai dampak kelangkaan solar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kamidi, 66, pengelola Depo Pasir Mitra Karya Utama (MKU) di Jalur Lingkar Selatan Klaten, mengatakan kelangkaan solar membuat sopir truk terlambat memasok pasir dari lereng Gunung Merapi.

“Biasanya dalam waktu empat jam, truk sudah kembali ke depo dengan membawa pasir dari lereng Merapi. Namun sekarang mereka butuh waktu hingga enam jam untuk kembali ke depo,” papar Kamidi saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (8/4/2013).

Kamidi menjelaskan, dirinya memiliki 10 unit truk yang masing-masing mampu mengangkut 12 meter kubik pasir dari Kali Gendol, Sleman. Sebelumnya, satu truk bisa memasok pasir hingga tiga kali. Namun setelah solar langka, satu truk hanya bisa memasok pasir dua kali dalam sehari. Dengan begitu, dalam sehari jumlah pasokan pasir berkurang hingga 10 truk atau sekitar 120 meter kubik pasir.

“Satu kubik pasir kami jual Rp60.000. Kalau pasokan berkurang hingga 120 meter kubik, berarti kami rugi Rp7,2 juta/hari. Padahal berkurangnya pasokan pasir sudah terjadi hampir satu bulan. Jadi kami sudah rugi puluhan juta rupiah,” tandas Kamidi.

Menurut Kamidi, berkurangnya pasokan merupakan dampak kelangkaan solar bersubsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Kelangkaan solar juga membuat sebagian backhoe di Kali Gendol tak bisa beroperasi.

“Di SPBU, truk harus antre beli solar. Di daerah penambangan, truk masih antre karena sebagian backhoe tak dioperasikan. Di depo, truk yang akan mendistribusikan pasir ke toko-toko bangunan juga harus antre,” ungkapnya.

Hal senada juga dikemukakan pemilik Depo Pasir JR di By Pass Selatan Klaten, Juremi, 50. Menurutnya, pasokan pasir ke deponya berkurang hingga enam hingga sembilan truk. “Biasanya pasokan pasir bisa mencapai 9-12 truk/hari. Namun sekarang pasokan pasir hanya mencapai tiga truk/hari,” tandasnya.

Menurutnya, kelangkaan solar juga berdampak pada kondisi mesin penggilingan batu miliknya. Akibat sulit mendapatkan solar, pihaknya terpaksa menghentikan operasional mesin tersebut untuk sementara waktu. “Saya miliki 35 karyawan. Biasanya mereka sudah bekerja sejak pagi. Namun karena baru dapat bahan bakar siang hari, mereka baru bisa bekerja siang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya