SOLOPOS.COM - Ketua Organda Boyolali Tulus Budiyono (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Ketua Organda Boyolali Tulus Budiyono (JIBI/SOLOPOS/Dok)

BOYOLALI — Masih dibatasinya kuota solar bersubsidi untuk Provinsi Jateng, termasuk Kabupaten Boyolali, dinilai semakin menyulitkan masyarakat pengguna bahan bakar minyak (BBM) tersebut. Kelangkaan solar tersebut selain berimbas terhadap aktivitas pertanian di kalangan petani dan nelayan, juga sangat dirasakan para pengusaha angkutan umum di Kota Susu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

DPC Organisasi Angkutan Darat (Organda) Boyolali pun mendesak pemerintah segera menambah kuota solar bersubsidi untuk wilayah itu.

”Mengingat, wilayah Jateng merupakan jalur lintas angkutan umum, baik dari Jawa Barat maupun Jawa Timur. Jika angkutan umum dari dua wilayah itu mulai kehabisan BBM, mereka tentu saja harus mengisi bahan bakar untuk kendaraan tersebut, termasuk saat tiba di wilayah Boyolali,” tegas Ketua DPC Organda Boyolali, Tulus Budiono kepada wartawan, Jumat (12/4/2013).

Sementara di wilayah Boyolali, Tulus mengatakan solar bersubsidi tidak hanya dibutuhkan para pengusaha angkutan umum, melainkan juga kalangan petani dan nelayan untuk aktivitas pengolahan lahan mereka.

”Di satu sisi, pasokan solar saat ini terbatas, sementara di sisi lain, banyak yang membutuhkan termasuk kendaraan umum karena bahan bakarnya solar. Selain itu, solar juga dibutuhkan untuk aktivitas pengolahan lahan pertanian bagi para petani, serta nelayan. Tentunya itu cukup menyulitkan bagi masyarakat,” imbuh Tulus.

Di wilayah Boyolali, Tulus menyebutkan tersedia angkutan umum pedesaan yang jumlahnya mencapai 350 unit. Sampai saat ini, pengemudi angkutan umum kerapkali harus mengantre saat mengisi bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Hal itu tentunya juga memakan waktu hingga mereka tidak bisa kejar setoran. Kondisi itu diperparah dengan dibatasinya jumlah pembelian solar.

”Sampai sejauh ini, untuk mengisi solar saja angkutan umum masih harus mengantre panjang dan perlu waktu selama dua hingga tiga jam, setelah itu persediaan habis. Apalagi, untuk pembelian solar juga dibatasi, sehingga angkutan umum harus membeli tiga kali dengan tempat yang berbeda,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya