SOLOPOS.COM - Warga antre sambil membawa jeriken untuk mendapatkan solar di SPBU Bekonang, Sukoharjo, Jumat (5/4/2013). Menurut petugas SPBU Bekonang, antrean warga yang merupakan pemilik usaha genteng, traktor, penggilingan padi terjadi setiap 3-4 hari sekali saat pengiriman solar tiba dan hanya mendapatkan jatah 8.000 liter. Pembelian solar di SPBU tersebut dibatasi untuk jeriken hanya boleh membeli Rp50.000 sedangkan truk Rp100.000. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Warga antre sambil membawa jeriken untuk mendapatkan solar di SPBU Bekonang, Sukoharjo, Jumat (5/4/2013). Menurut petugas SPBU Bekonang, antrean warga yang merupakan pemilik usaha genteng, traktor, penggilingan padi terjadi setiap 3-4 hari sekali saat pengiriman solar tiba dan hanya mendapatkan jatah 8.000 liter. Pembelian solar di SPBU tersebut dibatasi untuk jeriken hanya boleh membeli Rp50.000 sedangkan truk Rp100.000. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO — PT Pertamina Jateng-DIY merilis konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sepanjang triwulan I 2013 sudah mencapai angka 1,17 juta kiloliter.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Realisasi itu terdiri dari 748.416 kiloliter premium dan 427.881 kiloliter solar. Assistant Manager External Relations PT Pertamina Jateng DIY, Heppy Wulansari, menyampaikan sejauh ini konsumsi premium masih cenderung aman, meski telah terjadi over kuota 24%. Tetapi, untuk solar diakuinya cukup mengkhawatirkan. Karena pada triwulan I telah terjadi over kuota konsumsi sebesar 24,5%.

Ekspedisi Mudik 2024

Upaya pengetatan konsumsi solar mulai Maret lalu dinilai belum signifikan. Hal ini terlihat dari penurunan yang cukup kecil pada konsumsi solar pada bulan Maret dibanding Januari. Konsumsi Februari diabaikan karena hanya 28 hari kerja. Dari data yang disampaikan, konsumsi solar pada bulan Januari mencapai 145.845 kiloliter, Februari hanya 137.437 kiloliter dan Maret 144.600 kiloliter.

“Selisih Januari dan Maret sangat kecil. Pengetatan alokasi yang kami lakukan sebetulnya juga kecil,” kata Heppy, kepada Solopos.com, Jumat (5/4/2013).

Heppy mengakui dengan kuota solar saat ini, mulai ada panic buying di tingkat masyarakat. Antrean solar dengan jeriken mulai muncul di daerah-daerah. Dia menegaskan, pembelian solar dengan jeriken tetap harus ada rekomendasi dari pemerintah daerah dan pihaknya berharap pemerintah daerah benar-benar memberi rekomendasi berdasarkan Perpres No 15 Tahun 2012.

“BBM subsidi diberikan kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menggerakkan mesin terkait usahanya. Dalam Perpres No 15/2012 itu jelas mengatur bahwa solar yang dibeli dengan jeriken diperuntukkan untuk mesin-mesin perkakas yang motor penggeraknya menggunakan solar.”

Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat yang memakai mobil common rail euro 2 maupun euro 3 agar memakai bahan bakar sesuai buku panduan mesin.

“Yang cocok adalah pertamina dex.” Dan di Kota Solo, dari 20 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) ada 10 SPBU yang jual pertamina dex.

Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Solo, Suwardi Hartono Putro, menyampaikan over kuota konsumsi solar dan premium terjadi karena pada Januari dan Februari belum ada pengendalian konsumsi secara khusus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya