SOLOPOS.COM - Para penumpang terpaksa diangkut kendaraan operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar lantaran sebagian awak bus jurusan Solo-Tawangmangu masih mogok di Terminal Karangpandan, Jumat (26/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Bony Eko Wicaksono)

Para penumpang terpaksa diangkut kendaraan operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar lantaran sebagian awak bus jurusan Solo-Tawangmangu masih mogok di Terminal Karangpandan, Jumat (26/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Bony Eko Wicaksono)

KARANGANYAR–Aksi mogok para awak angkutan umum jurusan Solo-Tawangmangu masih berlanjut lantaran kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Akibatnya, terjadi penumpukan penumpang di sejumlah terminal di wilayah Karanganyar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pantauan Solopos.com, Jumat (26/4/2013), kendaraan operasional milik Satlantas Polres Karanganyar dan Pemkab Karanganyar masih dikerahkan untuk mengangkut penumpang yang terlantar di beberapa terminal. Sementara mulai pukul 09.00 WIB, sejumlah awak angkutan umum mulai beroperasi setelah mendapatkan solar.

Seorang awak bus Langsung Jaya, Sumanto, mengatakan hanya empat bus yang beroperasi untuk mengangkut penumpang. Sementara bus lainnya masih berada di garasi karena awak bus melakukan mogok. Kondisi ini dilakukan sebagai bentuk protes lantaran kesulitasn mendapatkan solar.

“Tidak semua bus beroperasi, hanya sebagian kecil. Ini sudah sesuai kesepakatan antar awak bus jurusan Solo-Tawangmangu,” katanya, Jumat siang.

Para awak bus mengancam bakal melakukan aksi mogok hingga Minggu (28/4) bila masih kesulitan mendapatkan solar. Menurutnya, satu bus yang beroperasi membutuhkan sekitar 100 liter solar/hari. Sementara sejak diberlakukan pembatasan pembelian solar, para awak bus kesulitan mendapatkan solar. “Susah harus mendapatkan solar, kalaupun dapat harus antre berjam-jam yang menyita waktu seharian,” tuturnya.

Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Karanganyar, Tri Haryadi, mengatakan aksi mogok tersebut dilakukan inisiatif dari para awak bus sebagai puncak kekecewaan lantaran kesulitan mendapatkan solar. Pihaknya telah meminta kepada setiap pengusaha angkutan darat agar tetap beroperasi. Namun, tidak semua awak bus mau beroperasi sehingga hanya beberapa bus yang mengangkut penumpang.

Sesuai surat edaran (SE) Gubernur Jateng bahwa pembelian solar bersubsidi untuk bus besar maksimal senilai Rp300.000/hari. Namun, dalam praktiknya pembelian solar dibatasi maksimal senilai Rp100.000/hari. “Sekali lagi, aksi mogok ini bukan perintah dari Organda tapi aksi spontan dari para awak bus. Tuntutannya agar kebutuhan solar dapat dipenuhi setiap hari,” jelasnya.

Sementara Wakil Sekretaris Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswanamigas) Solo, Andy Firman, mengatakan pihaknya tidak mengetahui kuota pasokan BBM jenis solar sejak pemberlakuan pembatasan pembelian solar pada awal Maret lalu. Kebutuhan solar di wilayah Karanganyar sekitar 35-40 ton.

Pihaknya menjamin stok BBM jenis solar aman hingga awal Mei mendatang. Pihaknya meminta agar setiap Perusahaan Otobis (PO) melaporkan ke Hiswanamigas bila terdapat bus yang kesulitan mendapatkan solar. “Kami menjamin stok solar aman, laporkan saja jika masih kesulitan mendapatkan solar. Terus terang kami tidak tahu kuota pasokan solar dari Pertamina pascakebijakan pembatasan pembelian solar,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya