SOLOPOS.COM - Pembatasan pembelian solar. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Pembatasan pembelian solar. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

WONOGIRI — Sedikitnya 130 pengusaha bus, truk dan angkutan pedesaan yang tergabung dalam Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Wilayah Wonogiri mengaku sangat dirugikan atas kebijakan pemangkasan alokasi solar subsidi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka memiliki tak kurang 890 armada yang menggunakan bahan bakar solar. Kerugian pengusaha tersebut berupa kerugian waktu lantaran harus membuang berjam-jam waktu perjalanan untuk mencari solar serta rugi materi sebab ada kalanya mereka terpaksa membeli solar pada pedagang eceran.

Ketua Organda Wonogiri, Edy Poerwanto, mengatakan semua anggota Organda Wonogiri mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, pengurangan alokasi solar subsidi sebesar 38% tidak punya dasar yang jelas dan sebelumnya Pemerintah, dalam hal ini Pertamina, tidak mengingatkan pengusaha agar mengambil langkah antisipasi.

“Kalau bus yang beroperasi sama, logikanya kebutuhan solar ya tetap sama. Mengapa kok langsung dikurangi 38%, tidak bilang dulu. Tidak minta kami antisipasi apa begitu. Bagi kami kondisi ini sangat memberatkan dan merugikan,” tegas Edy, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (1/4/2013).

Dia merinci kerugian pengusaha disebabkan setiap SPBU memberlakukan pembatasan pembelian, misalnya hanya 100 liter. Padahal untuk menempuh perjalanan Wonogiri-Jakarta dibutuhkan paling tidak 400 liter. Kondisi ini membuat, sopir bus paling tidak harus berhenti beberapa kali di SPBU untuk mengisi bahan bakar. Belum lagi, tambahnya, jika stok solar di SPBU yang didatangi itu habis atau harus antre saat membeli.

Demi mendapatkan solar, bus bisa menunggu berjam-jam. Bahkan, dia menyebut ada bus milik salah satu anggota Organda Wonogiri yang terpaksa berhenti di tengah perjalanan lantaran tidak mendapatkan solar. Pada kondisi seperti itu, solar eceran dengan harga lebih mahal akhirnya jadi pilihan.

Tak jarang, sopir terpaksa membeli solar nonsubsidi, yakni pertamina dex, yang harganya hampir Rp11.000/liter. Hal itu seperti disampaikan sopir bus jurusan Jakarta-Pacitan yang melintas di Wonogiri, Wardi.

“Tidak bisa untung. Tapi ya apa mau dimarahi penumpang satu bus karena macet di Wonogiri. Tidak sampai Pacitan,” ujar Wardi pasrah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya