SOLOPOS.COM - Gedung Soesman's Kantoor di Kawasan Kota Lama, Semarang (Facebook/Semarang tempo dulu)

Solopos.com, SEMARANG — Pengusaha terkaya se-Asia Tenggara di awal abad ke-20, Oei Tiong Ham (OTH), memiliki sederet peninggalan berupa bangunan yang dulu pernah dia gunakan untuk kegiatan bisnisnya di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Seperti yang sudah diberitakan Solopos.com sebelumnya, beberapa bangunan milik dari OTH ada di kawasan Kota Lama, Semarang. Kawasan ini dulu dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda, sehingga tidak heran jika banyak arsitekur bangunan khas Eropa yang berdiri di kawasan tersebut.

Promosi BRI-MI Sabet Top 5 Manajer Investasi di Tahun Pertama Gabung BRI Group

Sebagai tokoh yang paling berpengaruh saat itu, OTH memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga dia memiliki sejumlah aset di kawasan Kota Lama yang kini menjadi peninggalannya. Aset-aset bangunan ini semuanya berada di satu lokasi di kawasan Kota Lama, yaitu di Jl Kepodang. Salah satu bangunan megah peninggalan OTH adalah Soesmans Kantoor.

Gedung Soesman's Kantoor dalam kondisi terbengkalai
Gedung Soesman’s Kantoor dalam kondisi terbengkalai (Instagram/@sosmanskantoor.id)

Baca juga: Misteri Hantu Cantik di Istana Pengusaha Terkaya ASEAN di Semarang

Dilansir dari laman Facebook Semarang Tempo Dulu, Rabu (26/1/2022), Soesmans Kantoor adalah bangunan bergaya  Eropa di kawasan Kota Lama yang pada 1914 digunakan sebagai perusahaan periklanan. Perusahaan ini pernah berjaya setelah mendapatkan kontrak dari pemerintah untuk mengiklankan program Transmigrasi ke Deli Serdang, Sumatra Utara.

Firma dengan nama Soesman NV ini juga memegang hak penyaluran tenanga kerja di perkebunan wilayah Sumatra dan Jawa. Sementara itu, dilansir dari laman Instagram @soesmanskantroor.id, gedung ini dibangun pada 1866 dengan nama resmi Borsumij Wehry Indonesia.

Pada periode 1885 hingga 1898, gedung peninggalan pengusaha terkaya se-Asia Tenggara di Semarang ini digunakan sebagai pusat perkantoran perusahaan ekspor-impor  kuda dan penyedia jasa pekerja yang akan dipekerjakan di pertambangan dan perkebunan karet. Perusahaan itu berdiri dengan nama Soesmans & Co yang didirikan oleh FJH Soesmans.

Baca juga: Begini Kondisi Istana Pengusaha Terkaya Asia Tenggara di Semarang

Pada 1898, perusahaan Soesmans & Co berganti nama menjadi Soesmans Emigratie, Vendu and Comissie Kantoor yang bergerak di bidang percetakan. Pada bagian belakang Soesmans Kantoor itu pun terdapat tulisan “Pertjetakan.” Pada masa setelah kemerdekaan, bangunan dengan luas 1.412 meter persegi ini pernah dimanfaatkan oleh perusahaan Borsumij Wehry Indonesia dan Asuransi Jiwa Sun Alliance.

Terbengkalai

Sementara itu, dihimpun dari berbagai sumber, gedung Soesmans Kantoor ini merupakan aset dari usaha OTH yang berada di bawah naungan Oeng Tiong Ham Concern (OTHC). Saat gurita bisnis OTHC sedang dalam masa kejayaan, gedung ini juga sering digunakan sebagai tempat aktivitas bisnis dan perdagangan sang konglomerat yang mendapat julukan “Raja Gula Asia” tersebut

Saat gurita bisnis OTHC berakhir, gedung ini masih dimanfaatkan untuk kegiatan perniagaan. Sampai akhirnya pada 2005, gedung ini tidak digunakan lagi dan menjadi bangunan yang terbengkalai. Hingga kemudian pada 8 November 2012, bertepatan dengan Hari Tata Ruang Dunia (Hartaru), Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang membentuk Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) sebagai wujud komitmen pemkot dalam berikrar dan menandatangai Piagam Komitmen Kota Pusaka.

Baca juga: Misteri Istana Pengusaha Terkaya Asia Tenggara di Semarang, Berhantu?

Melalui badan yang dibentuk tersebut, Pemkot Semarang mendorong semua pihak untuk memprioriotaskan kerja revitalisasi bangunan masa kolonial di kawasan Kota Lama sebagai bagian dari pelestarian budaya Indonesia dan dunia. Gedung Soesmans Kantoor yang dulunya adalah bangunan rusak dan terbengkalai, kini sudah direvitalisasi menjadi bangunan yang layak dikunjungi.

Proses Revitalisasi di Tahun 2018

Gedung Soesman’s Kantoor setelah direvitalisasi (Instagram/@soesmanskantoor.id)

Gedung yang dulunya sempat menjadi tempat beradu ayam ini mulai direvitalisasi pada 2018 silam. Kondisi bangunan yang sudah rusak parah dan ditumbuhi tanaman liar saat itu membuat proses revitalisasi membutuhkan tenaga ekstra dan menghabiskan lebih dari 10.000 jam pengerjaan untuk menjadikan gedung Soesman’s Kantoor menjadi layak huni seperti sekarang.

Selain menjadi tempat wisata, saat ini gedung Soesmans Kantoor menjadi wadah pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di kota Semarang. Selain itu, gedung Soesmans Kantoor ini juga digunakan sebagai tempat-tempat pertemuan dan juga pameran.

Baca juga: Istana Pamularsih Semarang, Peninggalan Pengusaha Terkaya Asia Tenggara

Gedung ini juga pernah menjadi lokasi syuting sebuah film Indonesia berjudul Wage yang menceritakan perjuangan salah satu pahlawan nasional, WR Supratman, penulis lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Film ini digarap oleh John De Rantau pada 2017 dan pemilihan Soesmans Kantoor di kawasan Kota Lama ini untuk memberikan nuansa masa kolonial Hindia Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya