SOLOPOS.COM - Bakal calon wali kota Solo, Achmad Purnomo, tengah menanti giliran fit and propher test di Panti Marhaen, Jalan Brigjen Sudiarto, Kota Semarang, Sabtu (21/12/2019). (Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Solopos.com, SOLO -- Rencana Achmad Purnomo untuk mundur sebagai calon wali kota atau cawali pada Pilkada Solo 2020 mengundang komentar dari sahabatnya, Farid Sunarto.

Menurut Farid, keputusan jadi mundur atau tidaknya Achmad Purnomo dari status calon wali Kota Solo berada di tangan DPP PDIP. Achmad Purnomo bisa membuat surat pengunduran diri dan menyerahkannya kepada DPP PDIP melalui DPC PDIP Solo.

Promosi Acara Gathering Perkuat Kolaborasi Bank Sampah Binaan Pegadaian di Kota Padang

Tetapi keputusan akhir diterima atau tidaknya pengunduran diri tersebut berada di tangan pengurus partai. “Pak Pur mundur dalam arti surat pengunduran diri. Diterima DPP atau tidak itu persoalan lain. Kalau tak diterima barangkali penugasan sehingga dilanjutkan,” ujar Farid, Selasa (26/5/2020).

Dinkes Kota Semarang Minta Maaf Soal Video Kawin Boleh Hamil Jangan

Dia menilai ada kemungkinan surat pengunduran diri Achmad Purnomo sebagai cawali di Pilkada Solo bakal ditolak DPP PDIP. Bila itu terjadi, menurut dia, bisa jadi Purnomo tetap melanjutkan prosesnya sebagai calon wali kota dari PDIP.

Farid menegaskan pernyataan akan mundur Achmad Purnomo murni karena pertimbangan kemanusiaan, bukan manuver politik. Sejak pernyataan itu dibuat, Purnomo tak memperkuat basis pemilih.

Seperti diberitakan, Purnomo mengatakan akan mundur dari cawali apabila Pilkada Solo 2020 digelar Desember 2020. Hal itu karena dia melihat dampak pandemi Covid-19 kemungkinan berlangsung sampai setahun.

Terpisah, kompetitor Purnomo, Gibran Rakabuming dinilai sangat bergantung dengan sosok ayahandanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam perjuangannya sebagai cawali.

Bantuan Pakan Satwa TSTJ Solo Terus Mengalir, Ada Yang Kirim Bekatul 1,5 Kuintal

Kian baik persepsi publik terhadap Jokowi, kian baik persepsi publik terhadap Gibran untuk mewujudkan keinginannya bertarung sebagai cawali di Pilkada Solo.

Pandangan Publik

Begitu juga semakin buruk pandangan publik terhadap kebijakan Jokowi, kian buruk penerimaan masyarakat terhadap Gibran. Pendapat itu disampaikan pengamat politik dari UNS Solo, Agus Riewanto, melalui sambungan telepon, Selasa.

“Orang melihat Gibran masih melihat sosok Jokowi. Belum bisa lepas dari bayang-bayang sang ayah,” ujar dia. Apalagi menurut Agus kecenderungan masyarakat Solo masih mudah dipengaruhi ketokohan seseorang.

PT KAI Perketat Syarat Calon Penumpang KA Luar Biasa, Tambah Apa Lagi?

Menurut Agus, Gibran dimunculkan begitu saja sebagai cawali di Pilkada Solo, dipoles sedemikian rupa agar seolah-olah nanti akan menjadi kepala daerah seperti ayahnya. "Dipoles agar menimbulkan harapan bahwa nanti akan sukses sebagai wali kota,” kata dia.

Sayangnya, beberapa waktu terakhir persepsi publik terhadap sosok Jokowi dinilai Agus sedang mengalami penurunan. Penyebabnya beraneka ragam. Tapi yang paling mendasar situasi dan kondisi pandemi Covid-19.

Pembukaan Sekolah di Solo, Rudy: Jangankan Juni, Juli Saja Masih Pikir-Pikir!

Tidak hanya Jokowi, kepala negara di mana pun dihadapkan dalam situasi yang serbadilematis dalam pengambilan kebijakan. Kebijakan mereka bisa jadi tidak populis sehingga membuat persepsi publik ikut turun.

“Siapa pun pemimpinnya, tidak hanya Jokowi, tidak bisa membuat suatu kebijakan yang pasti di era seperti sekarang ini. Padahal di tengah pandemi Covid-19 membutuhkan kebijakan yang berganti-ganti,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya