SOLOPOS.COM - Joko Widodo alias Jokowi (JIBI/Bisnis/Alby Albahi)

Solopos.com, BOGOR — Serangan Partai Gerindra terhadap pencapresan Jokowi oleh PDIP yang mengaitkannya dengan penjualan sejumlah aset negara pada zaman Presiden Megawati Soekarnoputri, dianggap menjadi risiko Jokowi.

Di sela-sela sarapan di sekitar pasar Cisarua Bogor Jawa Barat, Jokowi memilih untuk diam menanggapi serangan lawan politik yang mengangkat sejumlah isu penjualan aset negara, seperti Indosat ke Singapura. “Ya sampai saat ini kita masih diam. Tidak menanggapi hal-hal yang menyerang seperti itu,” katanya, Sabtu (29/3/2014).

Promosi Peneliti Harvard Ungkap Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan lewat Digitalisasi

Tetapi menurut Jokowi, saat pemerintahan Megawati tidak bisa dilihat dari konteksnya saat itu dibandingkan sekarang. Saat itu, jelasnya ada kebutuhan APBN yang harus ditutup sehingga harus dilihat ketika kondisi sulit kemudian mencari jalan ke luar.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, seorang pemimpin memang kerap dihadapkan pada pilihan sulit yang harus memutuskan kebijakan secara tepat. Penjualan aset itu menjadi kebijakan dengan berbagai macam risikonya. “Pemimpin kan memang sering dihadapkan pada piihan yang sulit, dan itu harus dipilih. Dan piihan itu ada risikonya, dan itulah yang dipilih,” ujarnya.

Pada saat kepemimpinan Megawati, terang Jokowi, Indonesia dalam keadaan krisis sehingga harus dibedakan dengan kondisi normal.

Seperti diketahui PDIP mendapat serangan dari lawan politiknya terkait penjualan aset negara pada saat kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri. Salah satu penjualan aset negara adalah Indosat kepada Singapura yang menurut Jokowi saat itu harus dilakukan karena negara sedang krisis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya